Bisnis.com, JAKARTA — PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) resmi mencatatkan saham perdananya atau listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga sahamnya melesat belasan persen saat perdagangan perdana hari ini.
Pada perdagangan Selasa (18/4/2023) pukul 11.16 WIB, harga saham MBMA bergerak di zona hijau, melesat 14,47 persen atau 115 poin ke Rp910 per saham setelah dibuka pada harga Rp795 per saham.
Total saham yang dilepas melalui IPO ini sebanyak 11.549.999.900 saham baru yang dikeluarkan dari portepel perusahaan atau dari total saham. MBMA meraup sekitar Rp9,2 triliun dengan nilai kapitalisasi pasar saham mencapai Rp85,9 triliun. MBMA menjadi emiten ke-34 di BEI pada 2023.
Pemilik saham mayoritas MBMA, Garibaldi 'Boy' Thohir, mengatakan optimistis dengan kinerja MBMA ke depan melihat di potensi besar dalam industri nikel sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
"Ke depan eranya EV, dan memang masa depan Indonesia menurut saya akan bagus sekali lah dari sisi potensi dari sisi tren, dari sisi future ke depan, karena memang eranya era green economy dan digitalisasi," ungkapnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (18/4/2023).
Boy Thohir juga makin percaya diri pada industri nikel melihat besarnya dukungan dari pemerintah, agar perusahaan nikel bisa melakukan hilirisasi dan banyak perusahaan nikel yang bisa melantai di bursa.
Baca Juga
Sebagai informasi, kontribusi nilai tambah ekspor dari hilirisasi nikel melesat sejak pemerintah melarang ekspor bijih nikel per 1 Januari 2020. Nilai tambah ekspor nikel naik dari hanya US$1,1 miliar atau Rp16,5 triliun (kurs Rp15.000 per dolar AS) menjadi US$33,81 miliar atau Rp507,15 triliun tahun lalu.
Boy juga mengatakan, dengan banyaknya dukungan tersebut tidak ada tantangan berarti untuk industri nikel.
Dari IPO hari ini, MBMA berencana menggunakan dananya antara lain untuk membiayai pembangunan dan pengembangan sejumlah proyek pemrosesan nikel seperti fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) I tahap I dengan kapasitas 60.000 ton per tahun. Pabrik ini akan menghasilkan material dalam rantai nilai bahan baku baterai kendaraan bermotor listrik.
Sebagian lainnya akan digunakan untuk memperkuat modal kerja anak usaha, di antaranya PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang merupakan perusahaan tambang nikel dengan salah satu sumber daya terbesar di dunia dalam hal kandungan nikel.
Saat ini SCM memiliki sumber daya lebih dari 1,1 miliar bijih dry metric tonne yang mengandung 13,8 juta ton nikel dengan kadar 1,22 persen Ni dan 1,0 juta ton kobalt pada kadar 0,08 persen Co.