Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka menguat dan paling perkasa di Asia pada awal perdagangan Kamis (13/4/2023) bersama sejumlah mata uang di Asia, meskipun indeks dolar AS bergerak di zona hijau.
Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 77,5 poin atau 0,52 persen ke Rp14.802 per dolar AS. Sedangkan, indeks dolar AS melayang di level 101,50 atau naik tipis 0,01 persen.
Bersama dengan rupiah, mata uang dolar Singapura terpantau menguat 0,11 persen, disusul rupee India menguat 0,05 persen, ringgit Malaysia menguat 0,13 persen, dan baht Thailand menguat 0,11 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah hari ini akan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp14.840- Rp14.890 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan dolar AS sempat melemah terhadap mata uang lainnya pada Rabu, karena para pedagang dengan hati-hati menunggu rilis data inflasi AS terbaru yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve di masa depan.
Fokus utama investor pada Rabu adalah Indeks Harga Konsumen AS pada Maret, karena para pedagang mencoba mencari tahu langkah bank sentral AS selanjutnya. Secara umum pasar memperkirakan bahwa Fed akan melakukan satu kali kenaikan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin dalam siklus kenaikan suku bunga pada Mei, sebelum mulai memangkas suku bunga pada akhir tahun.
Presiden Bank Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan bahwa dia merasa bahwa akhir dari kenaikan suku bunga mungkin sudah dekat. Sementara, Presiden Fed New York John Williams menegaskna bahwa keputusan The Fed selanjutnya akan bergantung pada data yang dirilis.
Data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS diperkirakan akan mencapai 5,1 persen yoy, turun dari sebelumnya 6,0 persen. Sementara itu, inflasi inti kemungkinan lebih tinggi menjadi 5,6 persen yoy, naik 0,4 persen pada bulan Maret.
"Yang juga menarik adalah rilis risalah dari pertemuan Fed terakhir, yang dapat mengungkap pemikiran para pembuat kebijakan saat mereka menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan lalu di tengah krisis perbankan," jelas Ibrahim dalam riset, Rabu (12/4/2023).
Dari sisi internal, kinerja penjualan eceran diyakini meningkat pada Maret 2023, baik secara bulanan maupun tahunan. Hal tersebut tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2023 sebesar 215,2 atau naik dari posisi Februari 2023 yang hanya 201,2.
Sedangkan peningkatan penjualan eceran terjadi pada seluruh kelompok. Terutama pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi yang tumbuh 7,2 persen secara bulanan (mom). Selain itu, ada juga peningkatan kelompok barang budaya dan rekreasi sebesar 4,1 persen mom dan kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,5 persen mom.
Peningkatan penjualan kelompok-kelompok tersebut seiring dengan periode Ramadan pada tahun ini. Sementara bila dilihat secara tahunan, IPR Maret 2023 ini juga lebih tinggi dari 205,3 pada Maret 2022.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada Mei dan Agustus 2023 diperkirakan akan mengalami penurunan. Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Mei dan Agustus 2023 masing-masing tercatat sebesar 130,3 dan 128,1, lebih rendah dari 145,1 dan 133,5 pada periode sebelumnya.
Rupiah Dibuka Menguat ke Rp14.802, Paling Perkasa di Asia
Rupiah dibuka menguat dan paling perkasa di Asia meskipun indeks dolar AS bergerak di zona hijau.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Ibad Durrohman
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
15 menit yang lalu
KALEIDOSKOP 2024: Geliat UNVR Hingga ADRO Usai Spin Off Unit Bisnis
2 jam yang lalu