Bisnis.com, JAKARTA - Calon emiten Grup Saratoga, PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) menetapkan harga pelaksanaan IPO Rp795 per saham dan dinilai analis sebagai harga premium dan overvalue. Namun, perseroan menyebut permintaan terhadap sahamnya tetap tinggi.
Corporate Secretary MBMA Deny Wijaya mengatakan penetapan harga saham MBMA sudah melalui pertimbangan yang matang dari perseroan dan juga underwriter dalam proses IPO ini.
"Tentunya harga tersebut juga sudah memperhitungkan value dan potensi bisnis perusahaan ke depan," jelasnya kepada Bisnis, Rabu (12/4/2023).
Dari sisi minat pasar, MBMA mencatat permintaan terhadap saham MBMA cukup baik. Namun, saat ini proses penawaran umum masih berlangsung, sehingga untuk menilai minat pasar secara keseluruhan, MBMA masih akan menunggu proses IPO-nya selesai.
Sejak masa penawaran umum dibuka, MBMA juga membuka diri bagi partisipasi investor, baik domestik maupun asing, untuk terlibat mengembangkan potensi bisnis yang dimiliki MBMA ke depan.
"Hingga saat ini sejumlah investor institusi asing dan domestik juga sudah memasukkan penawarannya. Kami berharap setelah IPO ini eksekusi terhadap rencana bisnis perusahaan dapat berjalan secara maksimal dan tepat waktu didukung dengan penggunaan dana hasil IPO," kata Deny.
Baca Juga
Adapun muncul sejumlah nama besar di balik MBMA, sebut saja Garibaldi Thohir, Winato Kartono, Hardi Wijaya Liong, Edwin Soeryadjaya, dan Agus Superiadi. Perseroan memiliki sejumlah rencana penggunaan dana dalam melaksanakan IPO, di antaranya untuk melakukan ekspansi pembangunan pabrik HPAL, yang saat ini sedang mendapat dukungan penuh dari pemerintah karena dapat mendukung perkembangan industri kendaraan listrik.
Merdeka Battery Materials akan melepas 11 miliar saham dalam IPO dengan nilai nominal Rp100 per saham atau 10,24 persen dari modal ditempatkan dan disetor dengan harga awal Rp795 per saham sehingga berpotensi meraih dana IPO Rp8,74 triliun. Seluruh dana hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan untuk berbagai hal.
Mayoritas dana IPO sekitar 48 persen akan digunakan Merdeka Battery Materials untuk pembayaran lebih awal untuk seluruh pokok utang yang timbul berdasarkan Perjanjian Fasilitas Berjangka US$300 juta, yang akan dibayarkan kepada MDKA dan ING Bank N.V., cabang Singapura (ING Bank). Masing-masing sebesar US$225 juta dan US$75 juta, melalui ING Bank sebagai Agen. MDKA merupakan Afiliasi Merdeka Battery Materials sedangkan ING Bank bukan merupakan afiliasi.
Kemudian, sekitar 5 persen akan digunakan Merdeka Battery Materials untuk mengambil alih hak tagih sebesar US$30 juta yang timbul dari Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk tanggal 23 Agustus 2022 yang diberikan oleh MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI).
MBMA selanjutnya akan memiliki hak tagih kepada MTI sebesar US$30 juta atau setara Rp460,5 miliar dengan syarat dan ketentuan yang sama dengan Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk.
Selanjutnya, sekitar 1,5 persen akan digunakan oleh Merdeka Battery Materials untuk modal kerja antara lain untuk biaya karyawan, biaya jasa profesional, dan biaya keuangan. Sekitar 8 persen akan dipinjamkan kepada MTI yang selanjutnya akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan Proyek AIM I, yang dijadwalkan akan memulai produksi pada pertengahan kedua tahun 2023.
Sekitar 14 persen akan dipinjamkan kepada PTZhao Hui Nickel (ZHN) yang selanjutnya akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pemasangan konversi nikel matte pada Smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ZHN yang saat ini sedang dalam proses pembangunan.
Selanjutnya, sekitar 6,0 persen akan digunakan untuk modal kerja, meliputi antara lain pembelian bahan baku utama, bahan baku pembantu, biaya listrik, serta biaya karyawan.
Sekitar 5,5 persen akan dipinjamkan kepada PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang selanjutnya akan digunakan untuk modal kerja, meliputi antara lain biaya karyawan, biaya jasa profesional, pembayaran royalti ke kas negara, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya pemeliharaan dan perbaikan, serta biaya penambangan.
Adapun, sisanya 20 persen akan dilakukan untuk penyetoran modal kepada PT Merdeka Industri Mineral (MIN) yang selanjutnya akan digunakan untuk penyetoran modal dan pemberian pinjaman kepada PT Sulawesi Industri Parama (SIP) masing-masing sebesar 50 persen.
SIP kemudian akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan fase pertama dari pabrik HPAL pertama yang berkapasitas 60.000 ktpa di Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).
Proyek ini merupakan bagian dari strategi usaha MBMA agar semakin terlibat dalam rantai nilai bahan baku strategis dan ke depannya dalam rantai nilai baterai kendaraan bermotor listrik.