Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpantau fluktuatif pada awal perdagangan hari ini. Rupiah sempat dibuka melemah tipis sesaat setelah perdagangan dibuka. Fluktuasi rupiah tersebut imbas dari nada hawkis The Fed dan sentimen meningkatnya cadangan devisa Indonesia pada bulan Maret 2023.
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa, (11/4/2023) pukul 09.13 WIB, mata uang rupiah terkoreksi 0,05 persen menjadi Rp14.909 per dolar AS, dibanding sehari sebelumnya yang ditutup Rp14.902 per dolar AS.
Kendati demikian, pada 09.50 WIB, nilai tukar rupiah terpantau berbalik menguat 0,03 persen atau 4 poin ke level Rp14.898 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang Asia lainnya juga terpantau melemah terhadap dolar AS.
Mata uang Asia yang lesu di antaranya yakni ringgit Malaysia melemah 0,19 persen, peso Filipina melemah 0,49 persen, dolar Taiwan melemah 0,12 persen, rupee India melemah 0,11 persen.
Sedangkan mata uang yang menguat di antaranya dolar Singapura menguat 0,05 persen, yen Jepang menguat 0,15 persen, dan baht Thailand menguat 0,10 persen.
Baca Juga
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah berfluktuatif pada perdagangan hari ini karena peluang The Fed mengerek suku bunga bulan depan.
"Rupiah bisa ditutup melemah pada rentang Rp14.880 hingga Rp14.490 per dolar AS," paparnya dalam publikasi riset.
Ibrahim Assuaibi mengatakan peningkatan pekerjaan menunjukkan the Fed kemungkinan harus menaikkan suku bunga lagi pada bulan depan. Adapun sebelum adanya laporan pekerjaan, tingkat pasar berjangka telah bertaruh bahwa the Fed akan berhenti menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan Mei 2023.
“Pasar sekarang memperkirakan peluang 70 persen bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Mei. Meskipun beberapa penurunan suku bunga juga telah diperhitungkan pada akhir tahun,” ujar Ibrahim dalam riset, Senin (10/4/2023).
Dari dalam negeri, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) saling membantu agar inflasi Indonesia dapat terkendali. Pengendalian inflasi yang dilakukan pemerintah dengan BI sudah menunjukkan hasil positif dengan turunnya inflasi menjadi di bawah 5 persen pada Maret 2023.
Dia menyebut para pemangku kebijakan mengapresiasi BI yang aktif melakukan operasi pasar sehingga masyarakat memiliki akses terhadap harga yang terjangkau. Pemerintah juga menginstruksikan seluruh bupati dan walikota aktif untuk mendorong subsidi transportasi dari daerah penghasil ke daerah konsumen sebagai salah satu langkah pengendalian inflasi.
“Pengendalian inflasi sangat penting karena beberapa faktor, diantaranya tingkat inflasi di dunia yang masih tinggi, untuk memastikan pasokan dan distribusi, serta mengantisipasi faktor cuaca dan musiman seperti Lebaran dan akan adanya el nino,” jelasnya.
Adapun BI disebut optimistis dengan pengendalian inflasi yang sudah dilakukan. Inflasi Indonesia mencapai angka 3,5 persen dan inflasi pangan berada di bawah 5 persen pada September 2023.
Dengan demikian, pemerintah dan BI optimistis pertumbuhan ekonomi dapat mencapai di atas 5 persen seiring kinerja ekonomi domestik masih solid sepanjang 2023.
Sementara itu, BI mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia tercatat mencapai US$145,2 miliar pada Maret 2023, meningkat tinggi dibandingkan dengan posisi pada akhir Februari 2023 yang tercatat sebesar US$140,3 miliar.
Posisi cadangan devisa ini pun merupakan yang tertinggi dalam 16 bulan terakhir. Kalangan ekonom pun tetap mengingatkan kepada otoritas moneter untuk terus mewaspadai dinamika perekonomian global terutama di pasar keuangan yang bisa menggerus posisi cadangan devisa.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede, mengatakan kenaikan cadangan devisa Indonesia pada bulan lalu didorong oleh masuknya kembali investor asing ke pasar keuangan.
Investor asing membukukan net inflow sebesar US$949 juta di pasar obligasi dan US$272 juta di pasar saham. Suplai dolar AS juga cenderung meningkat di pasar keuangan domestik akibat sentimen dari The Fed yang tidak terlalu agresif seiring dengan krisis perbankan di AS.
Josua memandang, kunci dari keberhasilan BI untuk menjangkar rupiah adalah keputusan suku bunga acuan oleh The Fed.
“Setelah The Fed mulai mempertahankan suku bunganya, aliran modal asing diperkirakan kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia,” katanya kepada Bisnis, Senin (10/4/2023).
Cadangan devisa memang terbilang cukup tebal untuk merespons gonjang-ganjing rupiah. Akan tetapi, kans bagi BI untuk terus menggemukkan cadangan devisa amat terbatas.