Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York berakhir menguat pada penutupan perdagangan Kamis (30/3/2023) waktu setempat terdorong oleh penguatan saham-saham teknologi.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (31/3/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0,43 persen atau 141,43 poin ke 32.859,03, S&P 500 menanjak 0,57 persen atau 23,02 poin ke 4.050,83, dan Nasdaq melesat 0,73 persen atau 87,24 poin ke 12.013,47.
Penguatan ketiga indeks dikarenakan pengamat pasar mencerna serangkaian komentar The Fed yang menyarankan pengetatan moneter lebih lanjut diperlukan, bahkan setelah runtuhnya tiga bank AS awal bulan ini.
Presiden Fed Boston Susan Collins mengatakan pengetatan diperlukan. Presiden Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan Bank Sentral dapat menaikkan suku lebih jika risiko inflasi bertahan. Sementara itu, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan dia berkomitmen untuk mengembalikan inflasi ke 2 persen dan belum sepenuhnya jelas mengenai apa dampak gejolak sistem keuangan.
“Dengan semakin terlihatnya celah dalam sistem perbankan, pekerjaan The Fed menjadi semakin sulit,” kata Jim Baird, kepala investasi Plante Moran Financial Advisors.
Menurutnya, risiko resesi tetap menjadi fokus mengingat rekam jejak historis The Fed yang berjuang untuk memperketat kebijakan sambil melonggarkan ekonomi ke wilayah soft landing.
Baca Juga
Pemerintahan Presiden Joe Biden juga meminta regulator pada Kamis untuk memperketat aturan bagi bank menengah sebagai tanggapan atas kolapsnya sejumlah bank baru-baru ini. Stres di sektor keuangan telah meningkatkan kemungkinan The Fed mengarahkan ekonomi ke dalam resesi dengan kenaikan suku bunganya.
Kendati demikian, Susan Collins menggemakan pernyataan Ketua Fed Jerome Powell pekan lalu bahwa guncangan di sektor perbankan mungkin bernilai 25 basis poin pengetatan. Menurut Collins, kondisi kredit yang lebih ketat dapat menghilangkan kebutuhan untuk kenaikan lebih lanjut. Para analis pun setuju dan mengatakan kondisi itu bisa setara dengan kenaikan yang jauh lebih agresif.
"Kisaran yang masuk akal adalah mulai dari hampir nol hingga 200 bps atau lebih jika tekanan semakin meluas dan semakin dalam,” kata Krishna Guha, kepala strategi bank sentral Evercore ISI.
Investor memperkirakan suku bunga AS akan berada di sekitar 4,3 persen pada akhir tahun, sekitar 70 basis poin lebih rendah dari level saat ini. Namun, beberapa ahli strategi mengatakan pasar salah mengharapkan penurunan suku bunga tahun ini.
Pasar tenaga kerja tetap kuat, meskipun klaim pengangguran AS meningkat untuk pertama kalinya dalam tiga minggu. Adapun inflasi tinggi, sebagaimana diukur dengan data Deflator Inti personal consumption expenditure (PCE) yang akan dirilis Jumat, diperkirakan akan bertahan untuk bulan lalu.