Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berakhir melemah ke level Rp15.360 pada penutupan perdagangan hari ini, Senin (20/3/2023). Mayoritas mata uang Asia lainnya juga terpantau melemah terhadap dolar AS.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,10 persen atau turun 15 poin ke Rp15.360 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah menguatnya indeks dolar AS sebesar 0,12 persen ke 103,83.
Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga melemah dengan kenaikan tertinggi dialami won Korea Selatan turun 0,56 persen, rupee India turun 0,14 persen, yuan China turun 0,04 persen, ringgit Malaysia turun 0,04 persen, baht Thailand turun 0,04 persen, dan dolar Singapura turun 0,03 persen.
Sementara itu, mata uang yang justru menguat terhadap dolar AS adalah yen Jepang naik 0,54 persen, peso Filipina naik 0,11 persen, dan dolar Hong Kong naik 0,02 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan beberapa bank sentral termasuk the Fed, dan bank sentral Eropa mengumumkan langkah-langkah untuk meningkatkan likuiditas sektor perbankan. Hal ini guna membendung potensi dampak dari jatuhnya sejumlah bank AS maupun Eropa dalam dua pekan terakhir.
“Langkah tersebut dilakukan tak lama setelah Credit Suisse Group AG diambil alih oleh saingannya dari Swiss, UBS Group AG dalam kesepakatan yang difasilitasi oleh regulator. Gejolak di sektor perbankan yang mengancam akan meluas ke seluruh ekonomi,” ujar Ibrahim dalam riset, Senin (20/3/2023).
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengatakan meningkatnya langkah likuiditas dari the Fed juga merusak pengetatan moneter dalam beberapa bulan ke depan. Runtuhnya Silicon Valley Bank disebut membuat adanya ketakutan akan krisis perbankan AS yang mendorong tertekannya dolar AS.
The Fed disebut tengah berlomba untuk menahan tekanan lebih lanjut pada ekonomi dari kenaikan suku bunga. Investor lantas menilai the Fed kurang hawkish dalam beberapa bulan ke depan.
“Fokus minggu ini tepat pada hasil pertemuan dua hari Fed pada Rabu, dengan bank diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan relatif lebih kecil 25 basis poin. Dolar datar pada hari Senin untuk mengantisipasi pertemuan tersebut,” tuturnya.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan memperkuat respons strategi bauran kebijakan guna menjaga stabilitas dan mendorong momentum pertumbuhan perekonomian. Adapun the Fed diperkirakan menaikkan suku bunga acuan hingga 25-50 basis poin dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada Rabu nanti.
Racikan strategi BI nantinya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter sehingga memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah. Hal ini merupakan upaya pengendalian inflasi terutama imported inflation.
Pengendalian inflasi dilakukan dengan intervensi pada pasar valuta asing dengan pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Pemerintah dan BI juga akan memperkuat pengelolaan devisa hasil ekspor melalui instrumen operasi moneter valuta asing Devisa Hasil Ekspor (DHE) berupa term deposit (TD). Valuta asing DHE sebagai instrumen penempatan DHE oleh eksportir melalui bank kepada BI sesuai dengan mekanisme pasar yang telah berlaku per 1 Maret 2023.
Pemerintah dan BI siap melanjutkan kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman kepada aspek profitabilitas perbankan dan dampak suku bunga kebijakan terhadap suku bunga kredit.
“Pemerintah dan BI memperkuat kerja sama internasional dengan memperluas kerja sama dengan bank sentral dan otoritas negara mitra lainnya, serta memfasilitasi penyelenggaraan promosi investasi dan perdagangan di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait,” jelasnya.
Ibrahim memproyeksikan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif pada perdagangan besok (21/3/2023). Namun, berpotensi melemah pada rentang Rp15.350 sampai Rp15.410.