Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa, Gejolak First Republic & Credit Suisse Mereda

Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga menguat dengan kenaikan tertinggi dialami baht Thailand sebesar 0,80 persen.
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp15.345 pada penutupan perdagangan hari ini, Jumat (17/3/2023). Mayoritas mata uang Asia lainnya juga terpantau menguat terhadap greenback.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,29 persen atau naik 44 poin ke Rp15.345 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah melemahnya indeks dolar AS sebesar 0,42 persen ke 103,65.

Bersama dengan rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga menguat dengan kenaikan tertinggi dialami baht Thailand sebesar 0,80 persen, won Korea Selatan menguat 0,70 persen, dan yen Jepang menguat 0,46 persen.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan Dolar tergelincir pada Jumat karena sentimen risiko yang berkurang setelah otoritas AS dan bank bergerak untuk mengurangi tekanan pada sistem keuangan di pasar utama. Hal ini mengurangi tekanan pada mata uang utama lainnya yang jatuh pada awal minggu akibat gejolak perbankan.

Sebagaimana diketahui, bank-bank besar AS pada Kamis (16/3/2023) menyuntikkan US$30 miliar deposito ke First Republic Bank sebagai upaya penyelamatan di tengah kekhawatiran krisis suku bunga yang meluas.

Paket penyelamatan US$30 miliar, yang dikumpulkan oleh pialang-pialang berkuasa dari Departemen Keuangan AS, Federal Reserve, dan bank-bank, mengikuti pengumuman Credit Suisse sebelumnya yang menyebutkan bahwa mereka akan meminjam hingga US$54 miliar dari Bank Nasional Swiss. 

Dari dalam negeri, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2023 akan lebih baik dari proyeksi sebelumnya. Pertumbuhan dapat mencapai 2,6 persen sejalan dengan dampak positif pembukaan ekonomi China dan penurunan disrupsi suplai global.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Eropa lebih baik dari proyeksi sebelumnya dan diikuti oleh risiko resesi yang menurun. Perbaikan prospek ekonomi global itu diperkirakan menaikkan harga komoditas non-energi di tengah harga minyak yang menurun akibat berkurangnya disrupsi suplai global.

Perkembangan positif ekonomi global itu dan ekspektasi kenaikan upah karena pengetatan pasar tenaga kerja di AS dan Eropa mengakibatkan proses penurunan inflasi global khususnya di kedua belahan dunia itu berjalan lebih lambat. 

Melihat sentimen di atas, Ibrahim memperkirakan rupiah pada perdagangan Senin (20/3/2023) pekan depan bakal dibuka fluktuatif dan ditutup menguat direntang Rp15.330 sampai Rp15.400.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper