Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah melemah di awal perdagangan Rabu (8/3/2023) ke Rp15.443 per dolar AS bersama mata uang lainnya di Asia.
Mengutip data Bloomberg pukul 09.38 WIB, rupiah dibuka melemah 76,5 poin atau 0,50 persen ke Rp15.443 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS naik 0,10 persen ke 105,71.
Bersama dengan rupiah, yen Jepang melemah 0,14 persen, dolar Singapura melemah 0,01 persen, dan dolar Taiwan turun 0,52 persen.
Selanjutnya, won Korea Selatan memimpin pelemahan di Asia turun 1,56 persen, peso Filipina turun 0,74 persen, ringgit Malaysia turun 0,81 persen dan baht Thailand melemah 0,06 persen.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan hntuk perdagangan hari ini, rupiah akan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.330 - Rp15.410 per dolar AS.
Investor pun mencerna pesan eksplisit dalam testimoni Ketua Federal Reserve Jerome Powell di hadapan Kongres AS semalam. Menurut Powell, bank sentral AS kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih dari perkiraan sebelumnya. Powell juga memperingatkan bahwa proses mengembalikan inflasi ke 2 persen merupakan jalan panjang.
Baca Juga
Setelah memberikan kenaikan yang signifikan tahun lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada dua pertemuan terakhirnya, tetapi data ekonomi yang tangguh sepanjang Februari memicu kekhawatiran bank sentral akan kembali ke langkah yang lebih besar.
Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan probabilitas 76 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Maret. Mereka juga memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya di 5,48 persen pada September dan masih di atas 5 persen di akhir tahun.
"Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2023 mencapai US$140,31 miliar. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Januari 2023 sebesar US$139,4 miliar dan merupakan yang tertinggi dalam setahun terakhir," kata Ibrahim.
Peningkatan posisi cadangan devisa pada Februari 2023 dipengaruhi oleh penerimaan pajak serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Kemudian, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan posisi cadangan devisa pada periode tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Selain itu, BI memandang cadangan devisa ke depannya tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional.