Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Pimpin Pelemahan Mata Uang Asia, Ditutup di Rp15.367

Nilai tukar rupiah ditutup melanjutkan pelemahan ke posisi Rp15.367 per dolar AS setelah menembus Rp15.350 pada awal perdagangan.
Foto gambar mata uang rupiah dengan nominal Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Foto gambar mata uang rupiah dengan nominal Rp100.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melanjutkan pelemahan ke posisi Rp15.367 per dolar AS setelah menembus Rp15.350 pada awal perdagangan. 

Mengutip data Bloomberg, Selasa (7/3/2023), rupiah ditutup melemah 72 poin atau 0,47 persen ke Rp15.367 dan memimpin pelemahan mata uang di Asia. Sementara itu, indeks dolar AS juga melemah 0,03 persen ke 104,31. Selain rupiah, mata uang peso Filipina menyusul dengan pelemahan 0,29 persen, kemudian won Korea Selatan melemah 0,24 persen, dan baht Thailand melemah 0,14 persen. 

Di sisi lain, rupee India justru menguat 0,06 persen, yuan China menguat 0,05 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,08 persen.  Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS saat ini bersifat tentatif menjelang kesaksian di hadapan Kongres oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell. 

"Perhatian investor akan tertuju pada kesaksian Powell di depan Kongres pada Selasa dan Rabu, dengan laporan pekerjaan Februari yang akan dirilis pada hari Jumat juga sangat ditunggu," jelasnya dalam riset, Selasa (7/3/2023). 

Setelah memberikan kenaikan yang signifikan tahun lalu, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada dua pertemuan terakhirnya, tetapi data ekonomi yang tangguh sepanjang Februari memicu kekhawatiran bank sentral akan kembali ke langkah yang lebih besar.

Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan probabilitas 76 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Maret. Mereka juga memperkirakan suku bunga akan mencapai puncaknya di 5,48 persen pada September dan masih di atas 5 persen di akhir tahun.

Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2023 mencapai US$140,31 miliar. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Januari 2023 sebesar US$139,4 miliar dan merupakan yang tertinggi dalam setahun terakhir. 

Peningkatan posisi cadangan devisa pada Februari 2023 dipengaruhi oleh penerimaan pajak serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Kemudian, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan posisi cadangan devisa pada periode tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.  

Selain itu, BI memandang cadangan devisa ke depannya tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung proses pemulihan ekonomi nasional.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.330 - Rp15.410 per dolar AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper