Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Kena Turbulensi, Mental IHSG pada Maret Bakal Diuji

S&P 500 tercatat mengalami penurunan sebesar 2,6 persen selama Februari. Indeks dolar naik paling tinggi pada Februari sejak September 2022.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York turun pada penutupan perdagangan Selasa (28/2/2023) waktu setempat karena investor mengakhiri Februari dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah.

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (1/3/2023), Dow Jones Industrial Average ditutup turun 0,71 persen atau 232,39 poin ke 32.656,70, S&P 500 ambles 0,30 persen atau 12,09 poin ke 3.970,15, dan Nasdaq tergelincir 0,10 persen atau 11,44 poin ke 11.455,54.

S&P 500 tercatat mengalami penurunan sebesar 2,6 persen selama Februari. Indeks dolar naik paling tinggi pada Februari sejak September 2022. Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS tenor dua tahun naik lebih dari 10 basis poin untuk bulan tersebut, sementara tenor 10 tahun naik lebih dari 40 basis poin selama Februari 2023.

Harga obligasi di Eropa juga turun pada Selasa setelah data inflasi yang panas menyebabkan penilaian ulang ekspektasi suku bunga, mengangkat sentimen yang telah mendominasi perdagangan dalam sebulan, yakni Federal Reserve mengisyaratkan niatnya untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang telah diantisipasi pasar.

Investor selama Februari bergulat dengan kesadaran bahwa inflasi tidak mendingin seperti harapan The Fed, terutama karena indikator utama yang diamati bank sentral memanas dari yang diharapkan. Kondisi itu meredam beberapa optimisme yang telah membuat saham melonjak pada Januari 2023.

Pedagang obligasi tidak lagi melihat kemungkinan penurunan suku bunga Fed tahun ini sebagai sesuatu yang istimewa. Mereka sekarang memprediksi suku bunga AS untuk mencapai puncaknya pada 5,4 persen tahun ini, dibandingkan dengan prediksi sekitar 5 persen sebulan yang lalu. Ekspektasi pasar juga melihat Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga hingga Februari 2024, dengan tingkat suku bunga ECB 4 persen.

Pedagang juga menyaring kumpulan data ekonomi pada Selasa. Kepercayaan konsumen AS menurun pada Februari karena kekhawatiran tentang prospek pekerjaan, pendapatan dan kondisi bisnis. Harga rumah AS pun turun selama enam bulan berturut-turut.

"Banyak hal yang dilakukan The Fed berhasil. Tapi itu bukan perjalanan yang mulus. Anda akan menyaksikan gejolak, pada Januari ada data yang lebih kuat secara keseluruhan dan kita harus melihat seperti apa Februari dan Maret itu. Namun saya masih berpikir tren keseluruhan berhasil. Inflasi turun, meskipun akan turun dengan kecepatan yang lebih lambat,” kata Presiden dan Direktur Pelaksana Wealth Alliance Eric Diton.

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Februari 2023 dengan penurunan sebesar 0,17 persen ke 6.843 pada Selasa (28/2/2023). Posisi tersebut mencerminkan pelemahan 0,11 persen sepanjang 2023.

Koreksi IHSG menempatkannya sebagai salah satu indeks komposit dengan performa negatif di Asia Tenggara.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan pergerakan IHSG terutama dipengaruhi oleh sentimen regional dan global di tengah perilisan sejumlah data ekonomi Amerika Serikat dan kawasan Eropa.

Komentar petinggi Federal Reserve belum lama ini juga makin memperkuat asumsi pasar bahwa puncak kenaikan suku bunga acuan akan lebih tinggi dari perkiraan awal, dari 5—5,1 persen menjadi 5,4 persen pada Juni atau Juli.

“The Fed seolah mengingatkan agar pasar tidak terlalu berilusi bahwa inflasi akan turun ke target 2 persen dengan cepat. Asumsi puncak suku bunga yang lebih lama meningkatkan spekulasi bahwa akan ada tiga kali kenaikan suku bunga, yakni pada Maret, Mei, dan Juni,” kata Liza, Selasa (28/2/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper