Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Lesu Sepanjang Februari, Bagaimana Peluang di Maret?

IHSG diperkirakan tetap bergerak terbatas pada Meret 2023 di tengah sentimen ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa yang masih diwarnai kenaikan suku bunga.
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Februari 2023 dengan penurunan sebesar 0,17 persen ke 6.843 pada Selasa (28/2/2023). Posisi tersebut mencerminkan pelemahan 0,11 persen sepanjang 2023.

Koreksi IHSG menempatkannya sebagai salah satu indeks komposit dengan performa negatif di Asia Tenggara. Di kawasan, hanya indeks komposit Singapura dan Vietnam yang menguat per akhir Februari, masing-masing sebesar 0,41 persen dan 1,75 persen year to date (YtD).

PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) dengan kapitalisasi pasar Rp640 triliun menjadi saham penekan terbesar IHSG. Perusahaan milik Dato’ Low Tuck Kwong itu berkontribusi pada penurunan IHSG sebesar 17,46 poin sepanjang Februari. Posisi BYAN disusul oleh CPIN dan BBNI, masing-masing dengan kontribusi penurunan 7,61 poin dan 7,11 poin.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan pergerakan IHSG terutama dipengaruhi oleh sentimen regional dan global di tengah perilisan sejumlah data ekonomi Amerika Serikat dan kawasan Eropa.

Perekonomian Amerika Serikat saat ini melanjutkan tren penguatan dengan US Core Capital Goods Orders pada Januari 2023 yang meningkat di atas perkiraan. Data Pending Home Sales per Januari 2023 juga mencapai level tertinggi dalam 2,5 tahun.

Komentar petinggi Federal Reserve belum lama ini juga makin memperkuat asumsi pasar bahwa puncak kenaikan suku bunga acuan akan lebih tinggi dari perkiraan awal, dari 5—5,1 persen menjadi 5,4 persen pada Juni atau Juli.

The Fed seolah mengingatkan agar pasar tidak terlalu berilusi bahwa inflasi akan turun ke target 2 persen dengan cepat. Asumsi puncak suku bunga yang lebih lama meningkatkan spekulasi bahwa akan ada tiga kali kenaikan suku bunga, yakni pada Maret, Mei, dan Juni,” kata Liza, Selasa (28/2/2023).

Dari dalam negeri, inflasi pada Februari 2023 yang dirilis 1 Maret 2023 diperkirakan masih bergerak naik secara tahunan, meski terdapat potensi perlambatan secara bulanan. Level inflasi ini bakal menjadi patokan bank sentral dalam menentukan arah kebijakan suku bunga.

“Survei inflasi inti menunjukkan perlambatan pada Februari 2023 menjadi 3,26 persen dari sebelumnya 3,27 persen. Bank Indonesia biasanya akan memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga jika ada tren pelandaian,” kata dia.

Liza mengemukakan pelaku pasar akan memantau langkah bank sentral selanjutnya terkait suku bunga dengan mempertimbangkan kebutuhan untuk menurunkan inflasi lebih cepat atau kondisi nilai tukar rupiah.

Secara teknikal, NH Korindo Sekuritas menyarankan para investor untuk  mempertahankan sikap wait and see serta menunggu lebih banyak data sebelum memutuskan untuk average up. Dia mengatakan IHSG perlu naik ke resistance kritikal MA10 dan MA20 atau ke atas 6.880—6.890 seraya mempertahankan support MA50 di 6.825—6.800 demi menghindari situasi berubah menjadi bearish.

Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina memperkirakan IHSG bakal bergerak terbatas pada Maret di rentang 6.800—6.950. Meski demikian, perilisan laporan keuangan dan pengumuman pembagian dividen tahun buku 2022 berpotensi menjadi sentimen positif.

“Belanja masyarakat yang meningkat jelang Ramadan dan Lebaran juga menjadi sentimen positif,” kata Martha.

Adapun beberapa sentimen negatif datang dari ancaman inflasi global dan potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang berlanjut pada Maret 2023. Di tengah sentimen negatif itu, Martha berpendapat peluang masuknya investor asing di pasar saham domestik tetap terbuka meski tidak sebesar pada April dan Mei 2023 yang bertepatan dengan rilis kinerja kuartal I/2023.

Rekomendasi Mirae Asset Sekuritas mencakup saham-saham sektor keuangan seperti BMRI, BBRI, BBNI, dan BBCA. Kemudian di sektor industri dasar produsen semen seperti SMGR dan INTP dan sektor konsumer yang mencakup ICBP dan MYOR.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper