Bisnis.com, JAKARTA – Garibaldi "Boy" Thohir memutuskan mundur dari jabatannya di emiten tambang Grup Saratoga PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA).
Berdasarkan keterbukaan informasi MDKA pada 17 Februari 2023, Corporate Secretary MDKA Adi Adriansyah mengumumkan Perseroan telah menerima permohonan pengunduran diri Haribaldi Thohir dari jabatannya sebgai Komisaris MDKA.
Garibaldi “Boy” Thohir sudah menjadi Komisaris MDKA pada Desember 2014, setelah menjabat sebagai Direktur Perseroan sejak tahun 2012. Sementara, saat ini Boy juga masih menjabat sebagai Presiden Direktur emiten tambang batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Selain menjadi Komisaris MDKA, Garibaldi Thohir juga menjadi salah satu pemegang saham terbesar di MDKA, sebanyak 7,35 persen atau 1,77 miliar lembar saham. Jumlah saham yang dimiliki Garibaldi masih lebih besar dari yang dimiliki PT Suwarna Arta Mandiri sebesar 5,58 persen dan Hongkong Brunp & Catl Co. Limited sebesar 5 persen.
Selanjutnya, susunan Komisaris MDKA sementara masih diduduki oleh Edwin Soeryadjaya sebagai Presiden Komisaris, Tang Honghui sebagai Komisaris, Budi Bowoleksono dan Muhamad Munir sebagai sebagai Komisaris Independen dan Yoke Candra sebagai Komisaris.
Kemudian, jajarab direksi diduduki oleh Albert Saputro sebagai Presiden Direktur, Andrew Phillip, David Thomas Fowler, Hardi Wijaya, Gavun Arnold, Titien Supeno, dan Chrisanthus Supriyo sebagai Direktur Perseroan.
Baca Juga
Sementara itu, proyek tambang tembaga bawah tanah PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) diperkirakan siap beroperasi 5 tahun lagi atau mulai 2028.
GM Corporate Communication MDKA Tom Malik mengatakan, proyek tambang tembaga Tujuh Bukit, di bawah tambang emas Tujuh Bukit, di Banyuwangi Jawa Timur, akan beroperasi pada 2028. Proyek tembaga tersebut disiapkan menjadi salah satu proyek tembaga terbesar di dunia.
Berdasarkan data MDKA, sumber daya mineral tambang tersebut mencapai 1.784 Mt bijih yang mengandung sekitar 8,2 juta ton tembaga dan 28,6 juta ounce emas, termasuk sumber daya terindikasi 372 Mt.
Tom menuturkan, kandungan bijih itu dapat dibandingkan dengan tambang tembaga emas Batu Hijau di Sumbawa milik PT Amman Mineral Nusa Tenggara dan Tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Papua.
“Jadi tambang tembaga ini kalau mulai berproduksi bisa nambah produksi tembaga Indonesia hingga 30-40 persen, direncanakan beroperasi pada 2028,” kata Tom saat melakukan kunjungan media ke Bisnis Indonesia, Kamis (9/2/2023).