Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal menguji critical support di level 6.500 pada perdagangan hari ini, Kamis (12/1/2023).
Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya menyebutkan pergerakan IHSG sejalan dengan pelebaran negative slope MACD seiring Stochastic RSI yang kembali bergerak turun.
Dari luar negeri, sentimen pada perdagangan besok akan datang dari data inflasi Desember Amerika Serikat dan China yang dirilis pada Kamis (12/1/2023).
“Hal ini menjadi sentimen utama untuk pasar modal di mana akan mempengaruhi tindakan investor dalam berinvestasi apabila disusul oleh agresivitas kenaikan suku bunga acuan yang akan melemahkan rupiah,” tulis Phintraco, Rabu (11/1/2023).
Dari dalam negeri, Presiden Joko Widodo menambah daftar sektor usaha yang wajib menempatkan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di dalam negeri. Salah satu sektor yang menjadi sasaran kebijakan ini adalah manufaktur.
“Ini berpotensi meningkatkan ekspor dan surplus neraca perdagangan, sejalan dengan peningkatan devisa. Selain itu, diharapkan berdampak positif untuk pendapatan negara,” lanjut Phintraco.
Baca Juga
Adapun saham-saham yang dapat diperhatikan pada Kamis (12/1/2023) di antaranya adalah MAPI, BRIS, TPIA, ABMM, ADRO, ANTM dan PTBA.
Sementara itu, tim riset Sinarmas Sekuritas menyebutkan IHSG akan menguji support minor di angka 6.560 diiringi RSI Positive Divergence yang biasanya berpotensi trend reversal.
“Tugas utama IHSG adalah harus mampu menembus Resistance terdekat yaitu Lower Channel merah di sekitar 6.640 sebelum lanjut naik menuju Resistance MA10 dan MA20 di range 6.750–6.783,” tulis Sinarmas Sekuritas.
Sinarmas Sekuritas menyebutkan beberapa saham blue chip sudah dalam keadaan terdiskon sehingga para investor bisa memanfaatkan momentum ini untuk Buy on Weakness. Sementara itu untuk trading harian, investor bisa melirik saham-saham second liner.
“Tetap konservatif. IHSG diprediksi masih cenderung volatil bergerak konsolidasi di sekitar area support ini. Para investor masih wait and see menunggu data ekonomi tingkat inflasi AS dan suku bunga Bank Indonesia pekan depan,” tutup Sinarmas Sekuritas.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.