Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia bergerak seperti roller coaster sepanjang 2022. Harga minyak pernah menembus US$130 per barel pada Maret saat Rusia menginvasi Ukraina, dan terakhir West Texas Intermediate (WTI) nyaris menembus US$80 per barel pada perdagangan Jumat (23/12/2022).
Ekonomi dunia yang melambat, lockdown Covid-19 di China, dan dolar yang lebih kuat telah menurunkan harga minyak lebih dari 23 persen dalam enam bulan terakhir.
Melansir Yahoo Finance, Minggu (25/12/22), berikut prediksi para ekonom dan analis mengenai prospek harga minyak dunia pada 2023.
Kepala Riset Komoditas Citi Global Ed Morse memprediksi rata-rata minyak Brent pada 2023 akan sekitar US$80 per barel dan WTI sekitar US$75 per barel. Penilaian dasarnya adalah pertumbuhan permintaan minyak tahun depan akan menjadi sekitar 1,2 atau 1,3 juta barel per hari.
“Pasokan akan tumbuh dua kali lipat dari jumlah itu selama tahun depan, sebagian besar datang dari Barat, termasuk AS, Brasil, Kanada, Guyana, Argentina, mungkin Venezuela, dan bahkan Meksiko,” jelas Morse.
Sementara itu, Riset Komoditas Global JPMorgan Natasha Kaneva memprediksi minyak Brent akan di sekitar US$90 pada tahun depan dengan bertumpu pada bertumpu pada pandangan bahwa aliansi OPEC+ akan melakukan upaya besar untuk menjaga keseimbangan pasar tahun depan.
Baca Juga
Tim analis JPMorgan memperkirakan pasokan tumbuh sebesar 30 persen di atas laju permintaan pada 2023, karena produksi Rusia sepenuhnya normal dan kombinasi proyek konvensional seperti di Brasil, Norwegia, dan Guyana serta proyek nonkonvensional seperti AS, Kanada, dan Argentina memasok tambahan 1,6 mbd.
Kepala Analisis Energi Global OPIS Tom Kloza dan Kepala Analis Minyak OPIS Denton Cinquegrana memprediksi harga rata-rata 2022 untuk WTI di sekitar US$94,50 per barel. Mereka menduga bahwa tahun 2023 level US$90 per barel merupakan ramalan yang masuk akal untuk WTI, dengan kemungkinan US$95-US$96per barel untuk Brent.
“Tepatnya seberapa tinggi angka-angka ini bergerak di atas rata-rata akan bergantung pada keberhasilan pembukaan kembali China dan kemampuan negara-negara Barat untuk menghindari resesi yang signifikan,” kata Kloza dan Cinquegrana
Terakhir, CEO di Infrastructure Capital Advisors dan manajer portofolio ETF InfraCap Equity Income Jay Hatfield memperkirakan harga minyak dapat diperdagangkan dalam kisaran US$80-US$100 jika perang Ukraina berlanjut. Selain itu, permintaan minyak China kemungkinan akan pulih karena muncul pelonggaran kebijakan zero Covid.