Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Panik, Rusia Ancam Pangkas Produksi Minyak Tahun Depan

Minyak mentah patokan Brent dan WTI kompak menguat lebih dari 2,5 persen setelah Rusia mengumumkan rencana memangkas output hingga 700.000 barel per hari.
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov
Rangkaian kereta pengangkut minyak mentah, bahan bakar, dan gas cair dalam posisi miring di stasiun kereta Yanichkino, menuju ke kilang Gazprom Neft PJSC Moscow di Moskow, Rusia/Bloomberg-Andrei Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Rusia berencana memangkas produksi minyak mentah negaranya sebesar 5 – 7 persen pada awal 2023 sebagai balasan atas pembatasan harga minyak dari Negeri Beruang Merah tersebut.

Rencana pengurangan output tersebut diungkapkan oleh Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, yang mengatakan Rusia akan mengurangi produksi minyak mentah sebesar 500.000-700.000 barel per hari.

"Kami akan mencoba menemukan titik temu dengan rekan-rekan kami untuk mencegah risiko seperti itu. Tapi saat ini kami lebih suka mengambil risiko pemotongan produksi daripada berpegang pada kebijakan penjualan sesuai ambang batas." lanjut Alexander.

Rencana tersebut langsung memicu kekhawatiran di pasar minyak. Pada akhir perdagangan Jumat, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) ditutup menguat 2,67 persen ke US$79,56 per barel.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka patokan Brent ditutup melonjak 3,63 persen atau 2,94 poin ke level US$83,92 per barel.

Meskipun Alexander mengatakan pemangkasan produksi tersebut tidak signifikan, hal ini masih dapat memperketat pasar dan berpotensi semakin meningkatkan harga minyak global tahun 2023.

"Harga minyak mentah menguat karena pelaku pasar fokus pada respons Moskow terhadap batas harga yang diberlakukan pada minyak Rusia," ungkap analis pasar OANDA Edward Moya, dikutip dari Aljazeera, Sabtu (24/12/2022).

Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia akan mengeluarkan dekrit awal pekan depan yang merinci tindakan Moskow untuk menanggapi batasan harga.

Sebelumnya, Uni Eropa, negara-negara G7, dan Australia memberlakukan batasan harga US$60 per barel untuk minyak Rusia mulai 5 Desember, selain embargo Uni Eropa atas impor minyak mentah Rusia melalui laut dan janji serupa oleh Amerika Serikat, Kanada, Jepang, dan Inggris. Uni Eropa juga telah memberlakukan pembatasan harga gas.

Langkah-langkah ini bertujuan membatasi aliran pendapatan Rusia dan memastikan ekspor energi yang sangat dibutuhkan tidak terhenti.

Namun, Novak mengatakan Rusia akan melarang penjualan minyak dan produk minyak ke negara-negara yang ikut membatasi harga. Larangan ini akan memaksa negara-negara tersebut untuk mendapatkan minyak mereka dari negara lain.

Jika Rusia telah memangkas produksi minyak, hal ini akan mengurangi total volume minyak mentah yang tersedia di pasar, mengerek harga minyak non-Rusia, merugikan konsumen secara global, dan berpotensi membuat Rusia berada di atas angin terhadap Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper