Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia menguat pada akhir perdagangan Senin (19/12/2022) waktu setempat karena investor mempertimbangkan janji China untuk menghidupkan lagi konsumsi masyarakatnya sehingga mendukung sektor energi.
Mengutip Bloomberg, Selasa (20/12/2022), harga West Texas Intermediate menetap di atas US$75 per barel, mengakhiri hari lebih tinggi untuk pertama kalinya dalam tiga sesi, setelah terombang-ambing dalam kisaran harga sempit selama perdagangan Senin.
Pelaku pasar melihat janji Presiden China Xi Jinping untuk fokus pada ekonomi sebagai pendukung permintaan energi, bahkan ketika kasus Covid melonjak dan pembukaan kembali ekonomi negara itu menjadi tidak stabil.
Sementara itu, pelaku pasar menghindari aset berisiko karena prospek pertumbuhan global telah meredup dalam menghadapi kenaikan suku bunga para bank sentral.
Pasar minyak mentah lebih rentan untuk melacak pasar yang lebih luas karena likuiditas komoditas menurun sebelum liburan.
“Ini adalah hari lain dari perdagangan rapuh, di mana pasar mengikuti berita utama dari pembukaan kembali lockdown China, kata Rebecca Babin, pedagang energi senior CIBC Private Wealth Management.
Baca Juga
Minyak masih menuju kerugian bulanan kedua seiring meningkatnya kekhawatiran tentang resesi di AS dan Eropa, dengan bank sentral terus memperketat kebijakan. Selain itu, aliran minyak Rusia sejauh ini terbukti tangguh karena batasan harga yang diberlakukan oleh Kelompok Tujuh dan Uni Eropa tidak menyebabkan gangguan besar. Di antara pembeli utama, India mengatakan tidak memprediksi adanya masalah.
Di AS, pihak berwenang bergerak untuk mengisi cadangan minyak strategis (strategic petroleum reserve/SPR), dimulai dengan pembelian 3 juta barel dengan harga tetap. Pengumuman dari Departmen Energi AS tersebut menutup tahun ketika Presiden Joe Biden memerintahkan pelepasan SPR yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk membantu mengekang lonjakan biaya energi domestik, yang melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina.