Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah karena sinyal pelemahan suku bunga The Fed pada perdagangan hari ini Selasa (15/11/2022).
Rupiah dibuka melemah bersama mata uang lain di kawasan Asia. Adapun sentimen dari Wakil Gubernur the Fed Lael Brainard yang membuka peluang the Fed segera memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan belum terlihat pada pembukaan hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengawali perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,16 persen atau 24,5 poin ke Rp15.519 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar AS terpantau menguat 0,33 persen atau 0,35 poin, di level 107,01.
Di tengah pelemahan rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia turut bergerak menurun. Mata uang rupee India 0,56 persen, yen Jepang melemah 0,28 persen, peso Filipina 0,27 persen, dolar Taiwan 0,07 persen, dolar Hong Kong 0,01 persen, dan dolar Singapura 0,01 persen.
Sementara itu beberapa mata uang kawasan Asia yang justru terpantau menguat pada perdagangan hari ini adalah yuan Cina naik 0,24 persen, won Korea Selatan naik 0,13 persen, ringgit Malaysia naik 0,04 persen, dan baht Thailand naik 0,04 persen.
Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan bank sentral Amerika Serikat alias the Fed berpotensi untuk mengendurkan kebijakan moneter. Hal ini menyusul adanya pernyataan dari Wakil Gubernur the Fed Lael Brainard yang membuka peluang the Fed segera memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan.
Baca Juga
“Pernyataan Beliau bisa membantu mendorong penguatan nilai tukar lainnya termasuk rupiah terhadap dolar AS hari ini,” ujar Ariston kepada Bisnis pada Selasa (15/11/2022).
Sinyal dari Lael Brainard ini sejalan dengan kondisi inflasi AS yang perlahan menurun. Pelaku pasar lantas berspekulasi the Fed akan berbalik arah dalam menetapkan pengetatan kebijakan moneter.
Namun, Ariston menyebut the Fed masih belum akan melepas kebijakan suku bunga sampai tingkat inflasi AS dapat turun hingga 2 persen. Sikap the Fed tersebut membuat para pelaku pasar kian berhati-hati menyikapi pelemahan dollar AS belakangan ini.
“Dolar AS bisa sewaktu-waktu menguat lagi tergantung perkembangan data ekonomi AS,” jelas Ariston.
Selain itu, pelaku pasar juga tengah menunggu rilis data Cina mengenai pertumbuhan produksi industri Cina per Oktober 2022. Data ini disebut dapat menambah sentimen positif pasar ke aset berisiko seperti rupiah, dengan catatan hasilnya lebih baik dari prediksi pertumbuhan 5,2 persen secara year-on-year (yoy).
Ariston memprediksi rupiah memiliki potensi penguatan ke arah Rp15.480 dengan potensi resisten kisaran Rp15.530.