Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berpotensi kembali melemah di tengah pesta pora perhelatan G20 pada perdagangan Selasa (15/11/2022).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,16 persen atau 24,5 poin ke Rp15.519,50 per dolar AS, pada Senin (14/11/2022). Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,42 persen ke 106,73.
Di tengah pelemahan rupiah, mata uang di kawasan Asia bergerak bervariasi. Mata uang yen Jepang melemah 0,46 persen, won Korea Selatan terkoreksi 0,58 persen, dan peso Filipina melemah 0,03 persen.
Sementara itu, ringgit Malaysia terpantau menguat 0,74 persen, yuan China naik 0,87 persen, dan baht Thailand menguat 0,57 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan pergerakan nilai tukar rupiah pada hari ini dipengaruhi oleh neraca dagang Indonesia bulan Oktober 2022 yang diperkirakan masih surplus, meskipun nilainya bisa lebih kecil dari bulan September 2022.
Proyeksi neraca dagang surplus ini lantaran sejumlah harga komoditas utama penyumbang ekspor Indonesia masih mengalami kenaikan, terutama komoditas sumber daya alam dan pertambangan.
Baca Juga
Para ekonom memperkirakan, surplus neraca perdagangan pada Oktober 2022 sebesar US$4,90 miliar. Meski masih mencatat surplus, nilai ini sedikit lebih rendah dari realisasi angka September 2022 yang sebesar US$4,99 miliar.
“Dengan demikian Indonesia mengalami surplus selama 30 bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020,” jelas Ibrahim, Selasa (14/11/2022).
Lebih lanjut surplus neraca perdagangan diramal akan melandai hingga akhir tahun 2022, seiring tren penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia, seperti besi dan baja, crude palm oil (CPO), dan batu bara.
Sementara itu, dari luar negeri, indeks dolar AS terpantau stabil pada hari Senin setelah Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan bank sentral tidak melunakkan perjuangannya melawan inflasi, yang membuat beberapa investor berpikir bahwa aksi jual tajam minggu lalu mungkin berlebihan.
Data inflasi yang sedikit lebih rendah dari yang diantisipasi pada hari Kamis membuat greenback berputar-putar, dengan indeks dolar tergelincir 4 persen untuk minggu ini, pekan terburuk dalam lebih dari dua setengah tahun.
Sementara itu, pasar ekuitas global melonjak karena investor masuk ke aset berisiko di tengah harapan bahwa puncak inflasi berarti kenaikan suku bunga yang kurang agresif dari Fed.
Adapun, untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah pada rentang Rp15.500 - Rp15.550.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,12 persen atau turun 18 poin ke Rp15.537 per dolar AS. Sampai pukul 15.01 WIB, indeks dolar AS terpantau melemah 0,46 persen atau 0,49 poin ke level 106,04.
Di tengah pelemahan rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia justru menguat. Penguatan dipimpin oleh ringgit Malaysia sebesar 1,04 persen, kemudian disusul won Korea Selatan yang menguat 0,67 persen, dan yuan China menguat 0,49 persen terhadap dolar AS.
Analis Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan bank sentral Amerika Serikat alias the Fed berpotensi untuk mengendurkan kebijakan moneter. Hal ini menyusul adanya pernyataan dari Wakil Gubernur the Fed Lael Brainard yang membuka peluang the Fed segera memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan.
“Pernyataan Beliau bisa membantu mendorong penguatan nilai tukar lainnya termasuk rupiah terhadap dolar AS hari ini,” ujar Ariston kepada Bisnis pada Selasa (15/11/2022).
Ariston memprediksi rupiah memiliki potensi penguatan ke arah Rp15.480 dengan potensi resisten kisaran Rp15.530.