Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpotensi tetap bertahan di level Rp15.500 akibat beberapa sentimen negatif.
Berdasarkan data Bloomberg pekan lalu (11/11/2022), rupiah mengakhiri perdagangan dengan penguatan sebesar 1,31 persen atau 205 poin ke Rp15.488,5 per dolar AS. Sampai pukul 15.10 WIB, indeks dolar AS terpantau melemah 0,53 persen atau 0,57 poin, di level 107,63.
Di tengah penguatan rupiah, mata uang di kawasan Asia bergerak bervariasi. Mata uang yen Jepang ditutup melemah 0,18 persen, won Korea Selatan menguat 4,27 persen, yuan China menguat 1,21 persen, dan ringgit Malaysia menguat 1,99 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS jatuh ke posisi terendah dalam dua bulan setelah inflasi AS mereda. Imbal hasil treasury juga turun karena investor memposisikan diri untuk kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve pada Desember.
Data pada Kami menunjukkan inflasi IHK AS tumbuh 7,7 persen pada Oktober, yang merupakan laju paling lambat dalam sembilan bulan terakhir. Hal ini menunjukkan kenaikan suku bunga yang tajam oleh The Fed mulai memiliki efek yang dimaksudkan untuk menurunkan inflasi.
"Ini juga mendorong ekspektasi bahwa The Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang," ujar Ibrahim dalam risetnya, Senin (14/11/2022).
Sementara dari dalam negeri, sentimen datang dari Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal IV/2022 akan sedikit mengalami moderasi. Hal ini mempertimbangkan sikluas perekonomian yang biasanya melambat di akhir tahun, serta high base effect di kuartal IV/2021.
"Di tengah optimisme pemulihan yang terus berjalan, meningkatnya risiko ketidakpastian serta melemahnya prospek pertumbuhan global akibat konflik geopolitik perlu terus diantisipasi. PMI manufaktur global sudah mulai berada pada zona kontraksi dalam 2 bulan terakhir," ujar dia.
Adapun untuk perdagangan hari ini, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup menguat di rentang Rp15.460-Rp15.540.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,16 persen atau 24,5 poin ke Rp15.519,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,42 persen ke 106,73.
Di tengah pelemahan rupiah, mata uang di kawasan Asia bergerak bervariasi. Mata uang yen Jepang melemah 0,46 persen, won Korea Selatan terkoreksi 0,58 persen, dan peso Filipina melemah 0,03 persen.
Tim riset MIFX memperkirakan EURUSD berpeluang naik di tengah outlook melemahnya dolar AS seiring pasar yang mencerna perilisan data inflasi AS di pekan lalu yang menunjukkan inflasi konsumen AS hanya naik 7,7 persen pada tingkat tahunan di bulan Oktober.
Hal itu menjadi level paling rendah sejak Januari, dan dibawah perkiraan untuk level 8 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa tekanan inflasi mulai mereda, yang membuka jalan bagi Federal Reserve AS untuk mulai menahan diri untuk menjalankan kenaikan suku bunga agresif di bulan depan.