Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada penutupan perdagangan Rabu (21/9/2022), seiring dengan antisipasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang kemungkinan akan mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada bulan ini.
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup turun 0,09 persen atau melemah 13,5 poin ke posisi Rp14.997 per dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS pada pukul 15.00 WIB terpantau menguat 0,39 persen ke 110,65.
Sejumlah mata uang lainnya di kawasan Asia Pasifik yang tercatat melemah pada perdagangan hari ini antaralain peso Filipina turun 0,88 persen, yuan Cina turun 0,48 persen, baht Thailand turun 0,41 persen, won Korea Selatan turun 0,41 persen, dolar Taiwan turun 0,32 persen, dolar Singapura turun 0,26 persen, rupee India turun 0,21 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,09 persen.
Adapun mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS hanyalah yen Jepang yang naik 0,01 persen. Sementara untuk dolar Hong Kong terpantau stagnan.
Baca Juga
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah yang mendekati level tertinggi selama 20 tahun terakhir terimbas dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang meningkatkan ketegangan terhadap Ukraina. Putin sendiri telah mendeklarasikan mobilisasi 2 juta cadangan militer untuk mencaplok sebagian wilayah Ukraina.
Putin juga menaikan suku geopolitik dengan membuat ancaman terselubung untuk menggunakan persenjataaan nuklir guna menguasai Ukraina. Pada saat yang sama Putin juga menuduh negara-negara barat melakukan pemerasan nuklir terhadap Putin.
Adapun para pelaku pasar juga tengah menunggu kenaikan suku bunga dari bank sentral AS alias Federal Reserve (The Fed) yang bersifat substansial. The Fed memang diperkirakan menaikan suku bunga setidaknya 75 basis poin demi mengatasi inflasi.
"Ekspektasi ini mendorong imbal hasil obligasi Treasury AS 2-tahun hingga 3,992 persen semalam, tertinggi sejak 2007, sementara imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun naik menjadi 3,604 persen, tertinggi sejak 2011," ujar Ibrahim dalam risetnya pada Rabu (21/9/2022).
Sementara itu Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,4 persen untuk tahun ini. Angka ini naik 0,2 persen dari perkiraan kenaikan 5,2 persen pada bulan Juli.
Proyeksi ADB yang meningkatkan perkiraan kenaikan suku bunga dilakukan seiring dengan momentum yang kuat di sisa tahun ini. Terlebih lagi perekonomian Indonesia cukup solid dengan pertumbuhan 5,23 persen pada paruh pertama tahun ini.
"Ada beberapa aspek yang dipercaya masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini adalah konsumsi masyarakat, investasi, ekspor, hingga kunjungan wisatawan," ujar Ibrahim.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (22/9/2022). Hasil rapat kemungkinan akan mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada bulan ini.
Pada Agustus lalu, BI menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen. Kenaikan tersebut merupakan yang pertama sejak November 2018.
Adapun untuk perdagangan besok, Ibrahim memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif, tetapi ditutup melemah pada rentang Rp14.980 - Rp15.040 per dolar AS.