Bisnis.com, JAKARTA - Emiten jagoan Lo Kheng Hong, PT ABM Investama Tbk. (ABMM) membidik peningkatan kinerja operasional di tengah panasnya harga batu bara.
ABMM mencatatkan pertumbuhan laba signifikan 73,69 persen pada semester I/2022. Laba bersih ABMM mencapai US$95,48 juta atau setara Rp1,36 triliun, dibandingkan US$54,97 juta atau setara Rp785,29 miliar pada semester pertama 2021.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga Sjamsul mengatakan secara finansial pendapatan pada paruh kedua tahun ini harusnya lebih baik dari paruh pertama. Hal ini lantaran secara volume kinerja operasional terus membaik sehingga mendongkrak kondisi finansial.
“Justru finansial ini kan dari operasional karena operasionalnya bagus finansialnya pasti lebih bagus,” ujar Adrian kepada Bisnis.com pada Senin (5/9/2022).
Selain itu, Adrian yakin dengan peforma ABMM yang disebut akan lebih baik lantaran alat-alat baru untuk menunjang operasional sudah mulai berdatangan sehingga dapat menggenjot kinerja operasional. Namun, Adrian enggan menyebutkan angka untuk target operasional maupun target laba dan pendapatan ABMM hingga akhir tahun.
“Saya tidak bisa disclose [angka target], tapi intinya adalah volumenya itu akan lebih besar dari semester pertama.” ujar Adrian.
Baca Juga
Bila ditelisik dari kinerja operasional, ABMM mencatatkan penjualan batu bara hingga 6,2 juta ton. Angka ini turun 11 persen dari periode yang sama pada tahun lalu lantaran adanya penetapan aturan Domestic Market Obligation (DMO) oleh pemerintah pada bulan Januari 2022.
Kemudian untuk kinerja overburden telah mencapai 89,8 juta bank cubic meter (bcm) pada semester I/2022. Angka ini turun tipis 1 persen karena adanya cuaca buruk dan larangan ekspor pada Januari lalu.
Sementara itu terdapat pertumbuhan sebanyak 4 persen untuk volume penjualan bahan bakar. ABMM mencatatkan penjualan sebanyak 111,9 juta liter bahan bakar pada semester I/2022. Angka ini naik 4 persen dibanding tahun lalu yakni 107,9 juta liter.