Bisnis.com, JAKARTA — IDX Value 30 (IDXV30) memperlihatkan kinerja yang melampaui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 2022 berkat saham emiten batu bara.
Secara year to date IDXV30 telah menguat 18,61 persen ke posisi 155,45, sementara IHSG menguat 9,33 persen.
Penguatan IDXV30 terutama didorong oleh pergerakan harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) yang telah melesat 65,89 persen ke harga Rp3.410 per saham atau berkontribusi 28,61 persen pada pergerakan indeks.
Posisi ADRO kemudian disusul oleh PT United Tractors Tbk. (UNTR) yang naik 47,61 persen ytd dan PT Astra International Tbk. (ASII) yang naik 25,83 persen ke posisi Rp7.050.
Analis Sinar Mas Sekuritas Axel Leonardo mengatakan indeks tersebut memiliki prospek yang cerah, mengingat saham-saham komoditas energi menjadi konstituen yang mendominasi sektor ini seperti UNTR, ADRO, PTBA, ITMG, dan PGAS.
“Selama enam bulan terakhir, harga komoditas energi seperti batu bara dan minyak mentah telah mengalami kenaikan yang sangat signifikan, khususnya batu bara yang berada di level US$350 sampai US$450 per ton metrik,” kata Axel, Rabu (24/8/2022).
Baca Juga
Dia mengatakan harga batu bara acuan yang tinggi bertranslasi positif kepada kinerja emiten tambang batu bara. Hal ini tecermin dari pergerakan harga sahamnya.
“Meskipun demikian, kami memperkirakan harga komoditas energi masih akan tetap tinggi, setidaknya sampai akhir tahun, sehingga masih ada potensi upside untuk saham-saham yang disebutkan pada paragraf sebelumnya,” lanjutnya.
Axel juga menyoroti kinerja ASII yang tumbuh di tengah pulihnya penjualan kendaraan bermotor, serta BMRI sebagai bank KBMI 4 yang secara historis mampu bertahan di berbagai macam kondisi ekonomi.
“ASII dan BMRI memiliki bobot masing-masing 16 persen dan 15 persen terhadap IDX Value 30, sehingga dapat berperan sebagai buffer apabila nantinya momentum di saham-saham komoditas sudah mulai mereda,” kata Axel.
Terpisah, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM memperkirakan kenaikan IDX Value 30 hingga akhir tahun mulai terbatas dan tidak secepat semester I/2022.
Dia mengemukakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perlambatan kenaikan tersebut, di antaranya perkembangan cuaca yang akan memengaruhi performa emiten batu bara penghuni indeks.
“Faktor musim penghujan diprediksi bisa menjadi penghambat produksi emiten-emiten batu bara,” kata Roger.
Meskipun harga batu bara hingga saat ini masih tinggi, tetapi terdapat kebijakan kenaikan tarif royalti batu bara yang mulai berlaku pada 15 September 2022. Kebijakan tersebut dia nilai bisa menekan margin emiten batu bara.
Selain itu, wacana kenaikan BBM nonsubsidi bisa meningkatkan risiko kenaikan inflasi sehingga memicu Bank Indonesia menerapkan kebijakan suku bunga yang lebih agresif.
“Ini akan menghadirkan sejumlah tantangan di beberapa sektor, di antaranya di sektor properti,” kata dia.