Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Perkasa Rp14.765 per Dolar AS, Paling Kuat di Asia

Saat rupiah ditutup perkasa, sejumlah mata uang lain di kawasan Asia juga terpantau turut menguat.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada Kamis (11/8/2022). Pada saat yang sama, mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup menguat 0,71 persen atau 105 poin sehingga berada di posisi Rp14.765 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, pada pukul 15.10 WIB terpantau melemah 0,21 persen atau 0,022 poin ke level 104,97.

Sejumlah mata uang lain di kawasan Asia terpantau turut menguat yakni peso Filipina turun 0,65 persen, won Korea Selatan 0,56 persen, dan yen Jepang melemah 0,26 persen.

Sementara itu, yuan China terpantau melemah 0,25 persen, dan dolar Singapura melemah tipis 0,03 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam riset hariannya, Rabu (10/8/2022), menyebutkan rupiah menguat lantaran harga konsumen Amerika Serikat (AS) tidak berubah pada Juli dibanding Juni ketika harga naik 1,3 persen. Harga Juli lebih rendah dari ekspektasi karena penurunan tajam dalam biaya bensin sehingga menimbulkan pasar memposisikan ulang selagi berharap inflasi memuncak.

Ibrahim menyebut para investor berharap Federal Reserve tidak perlu mempertahankan kenaikan suku bunga yang curam jika kenaikan harga mencapai puncak. Hal ini karena suku bunga telah mendukung dolar.

Kabar tersebut membuat saham AS dan obligasi jangka pendek menguat. Hal ini juga mendorong Nasdaq lebih dari 20 persen di atas level terendah pada Juni. Imbal hasil treasury dua tahun juga menurun menjadi 3,21 persen atau tujuh poin lebih rendah dari penutupan sebelumnya.

"Pasar saat ini memperkirakan peluang 57,5 persen dari kenaikan suku bunga 50 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya, menurut alat Fedwatch CME, meskipun kenaikan 75 basis poin lainnya tetap mungkin," ujar Ibrahim dalam riset hariannya.

Pada Juli inflasi AS turun menjadi 8,5 persen, tetapi angka tersebut masih mendekati level tertinggi selama beberapa dekade. Turunnya kenaikan harga di AS pada Juli juga disebabkan menurunnya harga gas.

Tingkat inflasi tahunan lantas turun menjadi 8,5 persen mendekati level tertinggi multidekade. Namun, angka tersebut tetap lebih rendah dari puncak empat dekade sebesar 9,1 persen pada Juni lalu.

Turunnya inflasi di AS juga berdampak pada harga minyak mentah dunia karena ketika ekonomi AS meningkat permintaan energi akan naik.

"Jadi wajar saja harga minyak ikut terungkit dan ini merupakan sinyal negatif terutama bagi Indonesia, karena harga bahan bakar minyak (BBM) akan ikut melonjak," ujar Ibrahim.

Lebih lanjut, Ibrahim menyebut inlfasi AS yang melandai merupakan sinyal bagi AS untuk mulai melangkah melewati masa sulit. Hal ini kekhawatiran akan terjadinya reses mulai menurun sehingga permintaan energi meningkat seiringan dengan perbaikan kondisi.

Melambatnya laju inflasi juga membuat pasar semakin yakin bahwa The Fed akan mengerem laju pengetatan moneter, Hal ini lantaran kenaikan suku bunga acuan yang agresif selama ini dilakukan dengan jargon perang melawan inflasi.

Seiring dengan inflasi AS yang rendah, The Fed dinilai dapat mengerem laju pengetatan moneter. Hal ini kian memperkuat sinyal Bank Indonesia (BI) tetap akan menahan suku bunga acuan karena inflasi juga masih terjaga.

"Membuat daya beli masyarakat tetap stabil dan ekonomi nasional bisa to the moon. Ini bukti fundamental ekonomi stabil dan berimbas terhadap menguatnya mata uang rupiah," ujar Ibrahim.

Adapun untuk perdagangan besok, Jumat (10/8/2022), Ibrahim memperkirakan rupiah akan dibuka fluktuatif, tetapi ditutup menguat di rentang Rp14.740-Rp14.790 per dolar AS. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper