Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah terhadap dolar AS dibuka menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (28/8/2025). Penguatan mata uang rupiah menjadi salah satu yang tertinggi dibanding beberapa negara Asia lain saat indeks dolar AS dibuka melemah.
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang rupiah dibuka menguat 0,10% atau 16,50 poin ke Rp16.351,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,09% ke 98,14.
Sejumlah mata uang negara Asia lainnya yang dibuka menguat terhadap dolar AS adalah yen Jepang menguat 0,06%, dolar Singapura menguat 0,10%, dolar Taiwan menguat 0,14%, won Korea Selatan menguat 0,30%, peso Philipina menguat 0,03%, ringgit Malaysia menguat 0,07%, dan baht Thailand menguat 0,19%.
Sebaliknya, mata uang negara Asia yang dibuka melemah terhadap dolar AS antara lain adalah dolar Hong Kong yang melemah 0,02%, rupee India melemah 0,12%, dan yuan China melemah 0,04%.
Pengamat forex Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah pada perdagangan hari ini akan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup melemah di rentang Rp16.360 sampai Rp16.420 per dolar AS.
Sentimen yang menyertai pergerakan rupiah menurutnya adalah kegaduhan The Fed. Ibrahim menjelaskan, Presiden AS Donald Trump berencana mencopot Lisa Cook dari jabatannya sebagai Gubernur The Fed karena tuduhan penipuan hipotek. Di sisi lain, Cook dan The Fed berpendapat bahwa Trump tidak memiliki wewenang atas pemecatan tersebut.
Kondisi tersebut menurutnya akan memicu kekhawatiran yang lebih luas atas campur tangan politik di The Fed, yang secara tradisional tetap independen dari pemerintah.
"Gagasan ini menjadi perhatian utama pasar, mengingat The Fed telah mempertahankan sikap yang relatif hati-hati terhadap pelonggaran lebih lanjut, dengan alasan kekhawatiran atas dampak inflasi dari tarif Trump," kata Ibrahim, Rabu (27/8/2025).
Sentimen dari luar negeri lainnya juga masih berhubungan dengan Trump. Ibrahim mengatakan AS berencana mengenakan tarif tambahan sebesar 25% pada ekspor India, sehingga totalnya menjadi 50% dan termasuk yang tertinggi yang dikenakan oleh Washington.
Ibrahim menilai rencana kebijakan tarif ini akan membuat para pedagang ragu-ragu mengenai arah pasar.
Sementara itu, sentimen dalam negeri yang menyertai pergerakan rupiah adalah isu ketenagakerjaan. Ibrahim mengatakan saat ini pasar mengantisipasi demontrasi besar-besaran yang akan dilakukan buruh hari ini, Kamis (28/8/2025).
Aksi demo buruh di Jakarta akan dipusatkan di depan DPR RI atau Istana Kepresidenan Jakarta, yang diikuti oleh sekitar 10.000 buruh dari berbagai wilayah. Aksi serupa juga akan digelar secara serentak di berbagai provinsi dan kota industri besar.
Sejumlah tuntutan pun disuarakan agar pemerintah berpihak pada kepentingan pekerja, di antaranya menolak upah murah, yang mencakup tuntutan kenaikan upah minimum nasional sebesar 8,5%–10,5% pada 2026. Tuntutan lainnya yakni penghapusan outsourcing.