Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat pada hari ini, Rabu (13/7/2022). Gerak rupiah sejalan dengan sejumlah mata uang di kawasan Asia lainnya.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,02 persen atau naik 3,5 poin sehingga parkir di posisi Rp14.991,5 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS pada pukul 15.01 WIB terpantau menguat 0,101 poin atau 0,09 persen ke level 108,01.
Sejumlah mata uang lain di kawasan Asia terpantau turut menguat seperti won Korea Selatan sebesar 0,43 persen, peso Filipina sebesar 0,20 persen, dan yuan China sebesar 0,04 persen.
Adapun mata uang Asia yang melemah pada sore ini adalah baht Thailand 0,12 persen dan yen Jepang turun 0,15 persen.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan indeks dolar AS menguat di tengah kekhawatiran bahwa krisis energi akan membawa kawasan itu ke dalam resesi. Sementara itu, pergerakan mata uang AS didorong oleh ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga lebih cepat dan lebih jauh.
“Mata uang AS telah menguat di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga secara agresif karena mengatasi inflasi yang melonjak. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26–27 Juli 2022. Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan suku bunga acuannya akan naik menjadi 3,50 persen pada Maret, dari 1,58 persen,” kata Ibrahim dalam riset harian, Selasa (12/7/2022).
Baca Juga
Di sisi lain, data harga konsumen yang akan dirilis pada Rabu (13/7/2022) waktu setempat akan menjadi sorotan. Ekonom yang disurvei oleh Reuters mengharapkan indeks harga konsumen naik dengan tingkat tahunan 8,8 persen pada Juni.
Dari sisi internal, kondisi yang tak menentu akibat krisis global disebabkan oleh konflik Rusia –Ukraina membuka risiko kebangkrutan ekonomi. Ibrahim menilai Indonesia harus mengantisipasi kondisi utang negara guna menghindari kebangkrutan selayaknya Sri Lanka. Meski posisi utang Indonesia saat ini masih di bawah ambang batas sesuai Undang-Undang (UU), namun terlihat adanya kenaikan yang signifikan.
“Ini harus dipandang secara hati-hati. Utang Indonesia makin meningkat tajam, penerimaan juga belum optimal, inflasi meningkat dan ini bisa menjadikan bumerang bagi Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat perlu terus mengawasi dan mengingatkan ke pemerintah agar pengelolaan utang dapat lebih bijaksana, sehingga Indonesia tak perlu mengalami kondisi yang serupa dengan Sri Lanka,” ujarnya.
Selain itu, kasus Covid-19 juga mengalami peningkatan terutama sejak bulan lalu. Akhir Mei, kasus infeksi harian di Indonesia masih di bawah angka 500, kini sudah mencapai lebih dari 2.000. Bahkan pemerintah sudah mengimbau bahwa masyarakat juga Kembali memakai masker di luar ruangan.