Bisnis.com, JAKARTA – Masih berlanjutnya kenaikan harga komoditas menurut PT Infovesta Utama menjadi salah satu pendorong kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu. Sementara itu, sentimen positif lain yang mempengaruhi IHSG, diperkirakan turut mempengaruhi kinerja reksa dana saham pada pekan ini.
Berdasarkan laporan mingguan Infovesta, sentimen kenaikan IHSG pekan lalu sebesar 2,23 persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya datang dari China yang telah memberikan pelonggaran pembatasan mobilitas di negaranya sehingga menimbulkan optimisme terhadap pasar secara global.
“Selain itu, kenaikan harga komoditas masih terus berlanjut akibat konflik Rusia-Ukraina yang masih belum kunjung usai,” tulis Infovesta dalam laporan mingguannya, dikutip Selasa (7/6/2022).
Ditambah lagi dengan krisis energi yang terjadi di India mengakibatkan harga komoditas batu bara kembali naik.
Sementara di dalam negeri, Infovesta menilai tingkat inflasi Indonesia masih terkendali. Di mana pada periode Mei 2022, inflasi di Indonesia tercatat sebesar 0,40 persen month-to-month (mom).
Infovesta juga menyampaikan bahwa perbaikan kinerja emiten pada kuartal I/2022 yang membuat pembagian dividen tahun ini lebih menarik menjadi faktor lain pendorong kenaikan IHSG. “Kami melihat prospek kinerja reksa dana saham berpotensi menguat minggu ini namun investor disarankan untuk lebih berhati-hati terhadap isu dan sentimen di pasar,” tulis Infovesta.
Baca Juga
Oleh karena itu, Infovesta mengingatkan bahwa yang perlu diperhatikan para pelaku pasar adalah tekanan inflasi yang diperkirakan cenderung meningkat pada semester II/2022.
Tekanan inflasi tersebut dijelaskan akibat adanya demand-pull inflation di tengah percepatan pemulihan ekonomi, mobilitas masyarakat yang meningkat seiring dengan pelonggaran PPKM dan berlanjutnya kenaikan harga komoditas.
Ditambah lagi, Infovesta memperkirakan para pelaku pasar akan mewaspadai tindakan The Fed yang hawkish akan rencana kenaikan suku bunga 50 bps akibat resesi dan ancaman inflasi di berbagai negara.
“Sehingga dengan kondisi market yang fluktuatif, investor dapat mengambil posisi ketika ada tekanan menyusul rencana kenaikan suku bunga the Fed.” lanjutnya.