Bisnis.com, JAKARTA – PT Sucorinvest Asset Management (Sucor AM) menilai produk reksa dana berbasis environmental, social, and governance (ESG) saat ini memiliki prospek yang cukup bagus, sehingga perseroan menyiapkan racikan untuk dapat mendulang cuan.
Presiden Direktur Sucor AM Jemmy Paul Wawointana melihat return reksa dana berbasis ESG cenderung lebih tinggi dengan imbal hasil yang terus meningkat selama 5-10 tahun terakhir.
"Kami membuatnya [reksa dana berbasis ESG] bukan cuma karena return, tapi juga kami ingin mencoba untuk menjadi salah satu pioneer ESG asset management di Indonesia," kata Jemmy dalam media briefing di Jakarta, Rabu (20/8/2025).
Setidaknya saat ini Sucor AM sudah memiliki tiga produk reksa dana berbasis ESG. Di sektor sosial ada Sucorinvest Anak Pintar (SAP) dan di sektor lingkungan ada dua produk reksa dana saham Sucorinvest Sustainability Equity Fund (SUSEF) dan Sucorinvest Sharia Sustainability Equity Fund (SSUSEF).
Sampai dengan 19 Agustus 2025, total dana kelolaan (AUM) produk SAP ini mencapai Rp146,02 miliar, SUSEF mencatat nilai AUM Rp26,89 miliar, dan SSUSEF sebesar Rp45,61 miliar.
Adapun, penempatan investasi pada produk SUSEF dan SSUSEF sebesar 80-100% ditempatkan pada saham dan 0-20% ditempatkan pada pasar uang, obligasi dan/atau deposito.
Jemmy mengatakan pihaknya telah melakukan pitching kepada dua indeks saham berbasis ESG internasional namun rencananya belum berhasil, sehingga saat ini Indeks SRI-KEHATI masih menjadi acuan.
Pada penutupan perdagangan terakhir, SRI-KEHATI ditutup pada zona hijau, naik 0,59% ke posisi 373,70, namun secara year to date turun 0,43%.
Jemmy mengakui memang pihaknya sedikit tertinggal karena selama ini mengusung value investing, sementara saham-saham yang secara valuasi mungkin sangat mahal.
"Tapi setidaknya kami menggunakan metode-metode yang menurut kami cukup menarik untuk mencari timing-nya. Jadi tidak cuma valuasi murah, tapi timing-nya bagus untuk masuk," ungkapnya.
Adapun jika menilik pasar modal, saat ini emiten-emiten energi berbasis fosil mulai melakukan diversifikasi bisnis ke energi bersih. Hal ini tidak lepas dari prioritas Pemerintahan Prabowo untuk mendorong energi baru terbarukan (EBT).
Sebelumnya, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta mengatakan implementasi ESG juga menjadi salah satu trategi emiten energi fosil untuk tumbuh berkelanjutan.
"Mitigasi ini dilakukan agar bisa meningkatkan sustainability pada emiten tersebut. Karena emiten-emiten ini juga akan berkomitmen penuh untuk menerapkan ESG," kata Nafan.
Sebaliknya, prioritas EBT yang ditunjukkan oleh pemerintahan Prabowo akan menjadi angin segar bagi emiten-emiten energi bersih.
"Pidato Presiden Prabowo memberikan kesempatan emiten-emiten EBT untuk tumbuh. Karena ke depan, emiten-emiten energi berbasis EBT itu permintaannya meningkat," pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.