Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Amazon hingga Apple Bikin Investor Waswas, Wall Street Keok

indeks Dow Jones Industrial Average melemah 1,11 persen ke level 33.540,13, sedangkan indeks S&P 500 melemah 1,59 persen ke 4.219,33 dan Nasdaq Composite turun 1,51 persen ke 12.677,16. Pada pukul 21.36 WIB.
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle
Pekerja berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (3/1/2021). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat melemah pada awal perdagangan Jumat (29/4/2022), dipicu oleh laporan keuangan emitn teknologi yang berada di bawah ekspektasi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average melemah 1,11 persen ke level 33.540,13, sedangkan indeks S&P 500 melemah 1,59 persen ke 4.219,33 dan Nasdaq Composite turun 1,51 persen ke 12.677,16. Pada pukul 21.36 WIB.

Saham Amazon.com Inc. anjlok 12,28 persen pada pukul 09.40 WIB setelah mencatatkan rugi US$3,8 miliar pada kuartal pertama tahun ini, atau setara US$7,56 per saham.

Sementara itu, saham Apple Inc melemah 0,40 persen ke US$163,06 setelah memberikan outlook pelemahan penjualan pada kuartal II/2022 menyusul meningkatnya kasus Covid-19 di China yang berakibat pada lockdown massal.

Kepala analis pasar Miller Tabak+Co. Matt Maley mengatakan baik Amazon maupun Apple memberikan panduan yang mengecewakan dan hal tersebut telah menghapus penguatan sebelumnya.

“Memang investor senang melihat pasar ditutup menguat tajam seperti kemarin, namun pengalaman memberi tahu kita bahwa pergerakan intraday liar semacam ini yang telah dialami selama beberapa hari dalam beberapa pekan terakhir adalah tanda-tanda pasar yang tidak sehat,” ungkap Maley, dikutip Bloomberg, Jumat (29/4/2022).

Indeks Nasdaq 100 turun 10 persen sepanjang bulan April, sekaligus merupakan kinerja terburuk sejak November 2008 karena kekhawatiran kenaikan suku bunga merugikan saham pertumbuhan dan memicu risiko untuk keuntungan di masa depan.

Musim pendapatan yang sibuk sebagian besar telah membantu meredam pelemahan, bahkan dengan sejumlah emiten besar mencatatkan kinerja di bawah ekspektasi.

Investor kini mempertimbangkan sejumlah risiko mulai dari tantangan Covid-19 yang sedang berlangsung di China dan guncangan ekonomi hingga dampak Federal Reserve terhadap ekonomi AS dan perang Rusia di Ukraina.

Kurva imbal hasil AS mendatar pada hari Jumat karena para pelaku pasar berekspektasi the Fed lebih agresif menyusul data yang menunjukkan pengeluaran AS lebih tinggi dari yang diperkirakan. Data tersebut mengikuti data pada Kamis yang menunjukkan permintaan konsumen yang solid meskipun ada kontraksi pertumbuhan ekonomi kuartal sebelumnya.

Angka-angka tersebut menggarisbawahi perdebatan tentang seberapa besar upaya bank sentral AS untuk memperketat kebijakan sebelum ekonomi terdampak. Pasar terus memproyeksikan kenaikan suku bunga the Fed sebesar 50 basis poin pekan depan, meskipun semakin banyak investor yang skeptis the Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga paling agresif sejak 1980-an untuk menjinakkan inflasi.

"The Fed seperti memakan buah simalakama antara menekan inflasi dengan risiko memicu resesi saat ini, atau mengulur waktu untuk meningkatkan pertumbuhan, dengan risiko yang lebih besar dan kuat yang akan menyusul kemudian," ungkap chairman Amundi Institute Pascal Blanque .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper