Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis (21/8/2025) waktu setempat seiring kekhawatiran investor terhadap potensi pernyataan hawkish dari Ketua The Federal Reserve Jerome Powell yang dapat memicu volatilitas.
Melansir Reuters pada Jumat (22/8/2025), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 152,81 poin atau 0,34% ke level 44.785,50. S&P 500 melemah 25,61 poin atau 0,40% ke 6.370,17, sedangkan Nasdaq Composite terkoreksi 72,54 poin atau 0,34% ke 21.100,31.
Volume transaksi di bursa AS mencapai 12,28 miliar saham, lebih rendah dibanding rata-rata 20 hari terakhir sebesar 17,08 miliar. Tipisnya volume perdagangan di Agustus diperkirakan akan memperbesar pergerakan pasar setelah pidato Powell.
Seluruh perhatian investor kini tertuju pada Simposium Kebijakan Ekonomi Jackson Hole, di mana Powell dijadwalkan berpidato padaa Jumat pukul 10.00 pagi waktu AS. Pelaku pasar akan mencermati sinyal terkait potensi pemangkasan suku bunga pada September setelah melemahnya pasar tenaga kerja.
“Kemungkinan pemangkasan suku bunga masih sekitar 80%, tetapi kini mulai dipertanyakan. Investor menilai, lebih baik ambil untung terlebih dahulu,” kata Sam Stovall, Chief Investment Strategist CFRA Research.
Menurut data LSEG, peluang penurunan suku bunga 25 basis poin pada September turun menjadi 79% dari sebelumnya hampir 100% pekan lalu.
Baca Juga
Adam Turnquist, Chief Technical Strategist LPL Financial, menilai pidato Powell berpotensi memicu aksi jual jika nada yang disampaikan lebih hawkish dari perkiraan.
Data Ekonomi Campuran
Beberapa pejabat The Fed, termasuk Presiden Fed Cleveland Beth Hammack, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, dan Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid, menyuarakan sikap hati-hati serta menegaskan pentingnya keputusan berbasis data.
Sementara itu, laporan swasta menunjukkan aktivitas bisnis meningkat pada Agustus, mencerminkan kondisi kompleks bagi bank sentral AS yang akan memutuskan arah suku bunga bulan depan. Penjualan rumah bekas pada Juli juga dilaporkan naik secara tak terduga.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik setelah laporan tersebut, sehingga menambah tekanan pada saham.
Sembilan dari 11 sektor di S&P 500 ditutup melemah, dipimpin sektor barang konsumsi primer yang turun 1,18%. Saham Walmart ambles 4,5% setelah membukukan kinerja laba kuartalan di bawah ekspektasi, meski menaikkan proyeksi penjualan dan laba tahun fiskal berkat permintaan kuat dari berbagai kelompok konsumen.
Investor juga menyoroti laporan kinerja ritel dari Target dan Home Depot pada pekan ini untuk menilai dampak tarif AS terhadap belanja konsumen.
“Ada gambaran yang campur aduk di sektor konsumen, ditambah ketidakpastian ekonomi, baik dari kondisi pasar tenaga kerja maupun kenaikan harga akibat beban tarif,” ujar Chris Zaccarelli, Chief Investment Officer Northlight Asset Management.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.