Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Berbalik Menguat Lanjutkan Rekor Tertinggi, Asing Borong BBRI & TLKM

IHSG ditutup menguat 0,1 persen atau 7,32 poin ke level 7.078,76 sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 7.040,49 hingga 7.099,30.
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung beraktivitas di depan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup berbalik menguat sekaligus memperbarui rekor penutupan tertinggi sepanjang masanya pada perdagangan hari ini, Jumat (1/4/2022).

Berdasarksan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 0,1 persen atau 7,32 poin ke level 7.078,76 sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 7.040,49 hingga 7.099,30.

Sebanyak 213 saham menguat, 299 saham melemah, dan 173 saham stagnan pada perdagangan hari ini. Volume transaksi saham mencapai 20,01 miliar dengan nilai hingga Rp13,35 triliun.

Investor asing mencatatkan aksi beli bersih senilai Rp994,43 miliar. Investor asing terpantau memborong saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) sebesar Rp337,6 miliar, disusul PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) dengan net buy RP147,1 miliar.

Di sisi lain, investor asing ramai melepas saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) dengan net sell Rp120 miliar, disusul PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) sebesr Rp68,2 miliar.

Analis NH Korindo Dimas Pratama mengatakan, kekhawatiran konflik berkelanjutan Ukraina, inflasi Amerika Serikat (AS), dan sikap The Fed, masih menjadi sentimen negatif akhir kuartal I/2022.

"Ketiga bursa saham AS ditutup melemah diatas 1,5 persen. Pergerakan bursa saham AS semakin sensitif terhadap perkembangan perdamaian Rusia dan Ukraina," kata Dimas dalam risetnya, Jumat (1/4/2022).

Dia melanjutkan, Inflasi AS yang sudah tinggi seiring kenaikan harga komoditas, berpeluang membuat the Fed semakin agresif menaikkan suku bunga acuan. Investor juga menantikan rilis data unemployment rate untuk mengkonfirmasi kekuatan pasar tenaga kerja AS.

"Pergerakan indeks saham global, yield US Treasury, dan harga komoditas masih menjadi sentimen penggerak pasar awal kuartal II/2022 ini," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper