Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak global melonjak ke level tertinggi sejak Oktober 2014 karena kekhawatiran pasokan yang sedang berlangsung dan cuaca dingin mengalir di seluruh Amerika Serikat.
Pada penutupan perdagangan Rabu (3/2/2022), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik US$1,64 atau 1,8 persen, menjadi US$91,11 per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret melonjak US$2,01 atau 2,3 persen, menjadi berakhir di US$90,27 per barel untuk pertama kali ditutup di atas level US$90 sejak 6 Oktober 2014.
Para analis mengaitkan reli terakhir dengan meningkatnya kekhawatiran bahwa cuaca dingin yang berkepanjangan dapat memukul produksi di Texas, memperburuk ketatnya pasar minyak mentah dunia, mengutip Antara.
Lebih dari 200.000 orang telah kehilangan listrik di seluruh Amerika Serikat karena dingin sejauh ini, dan ingatan tentang Badai Ida tahun lalu yang mematikan listrik bagi jutaan orang Texas, tetap menjadi sorotan.
"Ini histeria atau semacam ketakutan," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho. "Dalam satu jam terakhir, pembicaraan mulai mendorong (minyak) lebih tinggi."
Baca Juga
Pasar juga mengamati perkembangan antara Rusia dan Barat atas sikap agresif Rusia terhadap Ukraina.
Amerika Serikat memperingatkan bahwa Rusia berencana menggunakan serangan bertahap sebagai pembenaran untuk menyerang negara tetangga. Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan NATO dan Barat atas meningkatnya ketegangan, bahkan saat ia telah memindahkan ribuan tentara ke dekat perbatasan Ukraina.
"Ketegangan di sekitar konflik Ukraina memberikan dukungan, dan permintaan global yang meningkat dan tetapi tidak benar-benar meningkatkan pasokan untuk memenuhinya," kata Gary Cunningham, direktur riset pasar di Tradition Energy.
Harga minyak mentah telah mengarah ke atas selama berminggu-minggu di tengah ekspektasi bahwa pasokan akan semakin ketat, bahkan setelah produsen OPEC+ tetap pada rencana peningkatan produksi moderat. Permintaan tetap meningkat, dengan varian virus corona Omicron hanya sementara mengurangi konsumsi di negara-negara ekonomi utama.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, minggu ini sepakat untuk mempertahankan kenaikan bulanan sebesar 400.000 barel per hari (bph) dalam produksi mereka meskipun ada tekanan dari konsumen untuk meningkatkan pasokan lebih cepat.
Analis Goldman Sachs memperkirakan Brent akan melampaui US$100 per barel pada kuartal ketiga. Pialang telah memperkirakan bahwa OPEC+ dapat mempertimbangkan pelonggaran pemotongan produksi minyak yang lebih cepat.