Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor PT Waskita Karya (Persero) Tbk. membukukan nilai kontrak baru senilai Rp10,8 triliun per Agustus 2021.
Realisasi itu telah mencapai 52,68 persen dari target yang dipasang perseroan untuk tahun ini senilai Rp20,5 triliun.
Dilihat dari segmentasi perolehan nilai kontrak baru, proyek dari pengembangan bisnis masih mendominasi sebesar 68 persen, pemerintah 25 persen, BUMN 4 persen, dan swasta 3 persen.
Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengatakan saat ini emiten dengan kode saham WSKT itu masih mengikuti sejumlah tender. Sembari itu, Waskita Karya juga masih menunggu pengumuman dari pemenang proyek yang sudah ditender.
“Mudah-mudahan setiap bulan ada perkembangannya, khususnya proyek dari pemerintah,” ujar Destiawan dalam kunjungan ke harian Bisnis Indonesia, Kamis (30/9/2021).
Selain dari proyek domestik, Waskita Karya juga tengah menanti proyek jumbo dari luar negeri. Destiawan mengatakan terdapat potensi proyek senilai US$1,5 miliar - US$1,8 miliar atau lebih dari Rp20 triliun di Afrika.
Baca Juga
Namun, saat ini proyek tersebut masih dalam tahap diskusi untuk konsep pembiayaannya. Pasalnya, proyek tersebut diharapkan dibayar menggunakan infrastruktur dalam hal ini minyak mentah.
Destiawan mengatakan potensi untuk mendapatkan proyek tersebut terletak pada kesepahaman Waskita Karya, PT Pertamina (Persero), dan pemerintah. Saat ini, risiko Waskita Karya tidak bisa mendapatkan kontrak tersebut karena negara yang masih belum disebutkan namanya itu tidak bisa membayar menggunakan dana tunai.
“[Nilai kontrak] cukup besar di Afrika. Diskusi konsep pembayaran ini terus bergulir, kalau Pertamina mau beli minyak dan pembayarannya berupa itu, potensinya besar,” ujar Destiawan.
Destiawan mengungkapkan pihak negara tersebut berharap tahun ini sudah bisa menandatangani kontrak sehingga pekerjaan fisik bisa dimulai tahun depan.
Adapun, setelah melakukan investasi besar-besaran ke proyek jalan tol sehingga utang Waskita Karya membengkak hingga Rp90 triliun pada 2019, perseroan bermaksud untuk menarik diri dari bisnis investasi jalan tol.
Destiawan mengatakan perseroan akan lebih fokus ke bisnis konstruksi intinya seperti infrastruktur air, bandara, kereta api, dan proyek luar negeri.
“Waskita nanti akan mengurangi portofolio invstasinya dan fokus ke bisnis konstruksi konvensional,” tutur Destiawan.