Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Stagnan, Imbas Sentimen Defisit APBN dan The Fed

Mata uang rupiah dipergaruhi sentimen defisit APBN per Agustus 2021 dan kejelasan The Fed soal rencana tapering serta penaikkan suku bunga.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup stagnan pada hari ini, Kamis (23/9/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup stagnan berakhir di posisi Rp14.242,50 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS terpantau melemah 0,21 persen ke level 93,2660 pada pukul 15.15 WIB.

Sementara mata uang peso Filipina terpantau melemah 0,16 persen dan diiringi yen Jepang yang turun 0,15 persen terhadap dolar AS.

Di sisi lain, baht Thailand justru menguat 0,71 persen terhadap dolar AS. Sama halnya dengan won Korea Selatan yang naik 0,67 persen, dan rupee India menguat 0,21 persen terhadap dolar AS.

Di sisi lain nilai tukar baht Thailand terpantau turun 0,24 persen, ringgit Malaysia turun 0,07 persen, dan yen Jepang terpantau turun 0,03 persen terhadap dolar AS.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan beberapa sentimen domestik maupun global penggerak rupiah pada hari ini yang sempat melemah 25 poin lalu ditutup stagnan.

Di dalam negeri, Ibrahim menyampaikan bahwa pasar merespon positif pernyataan pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) hingga Agustus 2021 yang mencapai Rp382,2 triliun.

“Defisit ini dianggap wajar karena bersamaan dengan kondisi ekonomi global yang sedang bermasalah akibat pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih belum ada kejelasan, kapan pandemi ini berakhir,” tulis Ibrahim dalam riset hariannya, Rabu (23/9/2021).

Di pasar global lanjutnya, dolar AS mencapai level tertinggi dalam sebulan karena Federal Reserve AS berencana untuk memulai pengurangan aset dan menaikkan kenaikan suku bunga jauh lebih cepat daripada rekan-rekan lainnya di pasar negara maju.

Sementara itu, Bank of England dan Norges Bank termasuk di antara bank sentral yang memberikan keputusan kebijakan mereka di hari malam ini, dan diperkirakan akan memberikan kenaikan pertama di antara bank sentral G10.

Lalu di kawasan Asia, China Evergrande Group pada Rabu (22/9/2021), untuk sementara meredakan kekhawatiran tentang kejutan pasar yang akan segera terjadi akibat krisis utangnya. Di mana pengembang properti mencapai kesepakatan untuk menyelesaikan pembayaran bunga obligasi domestik.

Berdasarkan sentimen di atas, nilai tukar rupiah hari ini ditutup stagnan dan Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah ditutup melemah pada perdagangan besok, Jumat (24/9/2021).

“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.230-Rp14.280 per dolar AS,” tutup Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper