Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah kembali tergelincir pada akhir perdagangan Selasa (7/9/2021) menyusul penguatan dolar AS dan kekhawatiran mengenai lemahnya permintaan di Amerika Serikat dan Asia meskipun ada penutupan produksi di Pesisir Teluk AS.
Dilansir dari Antara, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober terkoreksi 0,94 poin atau 1,4 persen ke level US$68,35 per barel dan menyentuh level terendah US$67,64 per barel.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November ditutup melemah 0,53 poin atau 0,7 persen ke level US$71,69 per barel setelah jatuh 0,39 poin sehari sebelumnya.
Wakil presiden pasar minyak mentah Mobius Risk Group John Saucermengatakan penguatan dolar AS dan langkah Arab Saudi pada Minggu (5/9) untuk memangkas harga jual resmi (OSP) Oktober telah menekan minyak mentah.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,32 persen menjadi 92,5126 pada akhir perdagangan Selasa (7/9), menyusul kenaikan 0,2 persen di sesi sebelumnya. Dolar yang kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Orang-orang membaca perubahan harga Saudi sebagai tanda memudarnya permintaan Asia dan skala pemotongan lebih besar dari yang diperkirakan," kata Saucer, Selasa (7/9/2021).
Baca Juga
Arab Saudi memangkas harga untuk semua kadar minyak mentah yang dijual ke Asia setidaknya 1 dolar AS per barel. Langkah tersebut, sebuah tanda bahwa konsumsi di wilayah pengimpor utama dunia tetap hangat, terjadi ketika penguncian di seluruh Asia untuk memerangi varian Delta dari virus corona telah mengaburkan prospek ekonomi.
Data yang dirilis pada Jumat (3/9) juga menunjukkan ekonomi AS pada Agustus menciptakan lapangan kerja paling sedikit dalam tujuh bulan, karena perekrutan di sektor pariwisata dan perhotelan terhenti di tengah kebangkitan infeksi Covid-19.
Di sisi lain, harga minyak terdorong oleh indikator ekonomi China yang kuat dan berlanjutnya pemadaman pasokan AS akibat Badai Ida.
Impor minyak mentah China naik 8,0 persen pada Agustus dari bulan sebelumnya, data bea cukai menunjukkan, sementara ekonomi China mendapat dorongan karena ekspor secara tak terduga tumbuh lebih cepat pada Agustus.
Di Teluk Meksiko, sekitar 79 persen dari produksi minyak masih ditutup, atau 1,44 juta barel per hari, regulator AS mengatakan pada Selasa (7/9), lebih dari seminggu setelah dilanda Badai Ida.