Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street ditutup beragam seiring dengan perlambatan pemulihan pasar tenaga kerja Amerika Serikat.
Pada perdagangan awal September, Rabu (1/9/2021), Dow Jones turun 0,14 persen menjadi 35.312,53, S&P 500 naik 0,03 persen ke 4.524,09, dan NASDAQ naik 0,33 persen menuju 15.309,38.
Laporan Reliance Sekuritas Indonesia menyebutkan perusahaan berkapitalisasi jumbo meningkat karena para investor beralih ke saham defensif setelah putaran terakhir data ekonomi menunjukkan perlambatan dalam pemulihan pasar tenaga kerja.
Indeks NYSE FANG+ yang memiliki saham terdorong pandemi seperti Apple Inc. dan Amazon.com Inc. naik 1,3 persen. Perusahaan real estat dan utilitas di S&P 500 naik, sementara saham energi dan keuangan turun. Ukuran patokan ekuitas Amerika hampir menghapus kenaikannya. Dow Jones Industrial Average turun.
Perusahaan di AS menambahkan lebih sedikit pekerjaan dari yang diharapkan pada bulan Agustus, data ADP Research Institute menunjukkan.
Sementara manufaktur berkembang pada kecepatan yang lebih kuat dari perkiraan, kemacetan rantai pasokan disertai dengan kendala tenaga kerja. Angka-angka itu muncul sebelum data penggajian hari Jumat, dengan para ekonom memperkirakan perlambatan dari kenaikan cepat di bulan sebelumnya dan penurunan tingkat pengangguran.
Baca Juga
Sementara itu, di pasar komoditas minyak mentah berjangka WTI ditutup sedikit lebih tinggi, setelah keputusan OPEC+ yang relatif harmonis untuk secara bertahap meningkatkan pasokan dan laporan persediaan minyak AS yang bullish. Harga minyak WTI naik 0,13 persen menjadi US$68,59 per barel.
Kontrak berjangka menghapus kerugian intraday untuk naik 0,1 persen karena OPEC dan mitra sekutu tampaknya membatasi kenaikan yang diumumkan sebelumnya sebesar 400.000 barel per hari.
Pertemuan bebas drama itu merupakan tanda penyambutan persatuan setelah perselisihan bulan Juli antara Arab Saudi dan Uni Emirat Arab membuat pasar menunggu keputusan selama berhari-hari.
Sebuah laporan pemerintah AS menunjukkan stok minyak mentah turun lebih dari yang diharapkan dan permintaan produk minyak bumi naik ke rekor tertinggi.