Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memilah Emiten Bahan Bangunan saat Pemerintah Berencana Jalankan Program Renovasi Rumah

Pemerintah berencana renovasi rumah pada 2026 dengan anggaran Rp8,6 triliun, berpotensi menguntungkan emiten bahan bangunan seperti SMGR, INTP, AVIA, dan CSAP.
Petani beraktivitas dengan latar belakang pabrik semen milik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di Sumber Arum, Kerek, Tuban, Jawa Timur./Bisnis-Nurul Hidayat
Petani beraktivitas dengan latar belakang pabrik semen milik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di Sumber Arum, Kerek, Tuban, Jawa Timur./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah emiten yang bergerak di industri penyedia bahan bangunan dinilai bakal mendapatkan angin segar dari rencana pemerintah menjalankan program renovasi rumah pada 2026.

Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp10,9 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran (TA) 2026. Sebesar Rp8,6 triliun akan dialokasikan untuk program perumahan seperti pelaksanaan renovasi rumah atau program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS).

Pengamat Pasar Modal Reydi Octa menilai, program tersebut berpotensi memberikan penguatan terhadap kinerja emiten-emiten semen, penyedia cat, keramik, atau penyedia interior rumah.

“Anggaran renovasi rumah yang melonjak berpeluang akan berdampak positif pada emiten bahan bangunan di 2026. Selain itu, program renovasi ini juga berpotensi mengerek sektor lain yang beririsan dengan industri terkait seperti ACES, CSAP, MAPI yang berjualan perlengkapan interior juga,” katanya kepada Bisnis, Senin (25/8/2025).

Berikut adalah kinerja sejumlah emiten yang berpotensi tersengat rencana pemerintah dalam menjalankan program renovasi rumah pada 2026:

  • Semen Indonesia (Persero) (SMGR)

Emiten semen pelat merah PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) mencatatkan kinerja yang loyo sepanjang paruh pertama 2025. Baik pendapatan maupun laba bersih SMGR susut pada periode Januari–Juni 2025.

SMGR meraih pendapatan Rp15,6 triliun sepanjang 6 bulan pertama 2025. Jumlah itu turun 4,88% year-on-year (YoY) dari Rp16,41 triliun pada semester I/2024.  

Pada semester I/2025, pendapatan SMGR a.l. bersumber dari penjualan semen tercatat Rp11,92 triliun, terak Rp1,84 triliun, beton jadi dan siap pakai Rp670,59 miliar, serta bahan bangunan non-semen Rp635,22 miliar dan jasa konstruksi Rp198,33 miliar. 

Di sisi bottom line, SMGR membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp39,97 miliar pada akhir Juni 2025. Realisasi laba bersih itu ambrol 92,02% YoY dari Rp501,47 miliar pada semester I/2024. Akibatnya, laba per saham SMGR juga anjlok dari Rp74 menjadi Rp6.

Corporate Secretary SIG Vita Mahreyni menerangkan, industri semen domestik belum menunjukkan perbaikan pada semester I/2025 yang ditandai dengan masih melemahnya permintaan sebesar 2,5%. Untuk menjaga kinerja, SIG melakukan efisiensi yang ketat sepanjang periode ini.

“Program efisiensi dan tata kelola keuangan yang baik telah membantu SIG tetap mampu mempertahankan profitabilitas pada semester I/2025. Capaian profitabilitas ini membuktikan resiliensi Perusahaan di tengah kondisi pasar yang terkontraksi karena menurunnya daya beli masyarakat dan proyek infrastruktur yang melambat,” kata Vita dalam keterangan resmi, Jumat (1/8/2025).

  • Indocement Tunggal Prakarsa (INTP)

Sebaliknya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) justru membukukan kinerja yang positif sepanjang paruh pertama 2025. INTP mampu membukukan pertumbuhan laba bersih di saat penjualan mengalami koreksi.

Adapun sepanjang paruh pertama 2025, INTP mengantongi pendapatan neto Rp8,03 triliun. Angka itu turun tipis 1,13% YoY dari Rp8,12 triliun pada periode yang sama 2024.

Pendapatan neto INTP bersumber dari penjualan semen Rp7,4 triliun, penjualan beton siap pakai Rp578,27 miliar, dan penjualan agregat Rp47,36 miliar. Bersamaan dengan meningkatnya pendapatan, INTP mencatatkan beban pokok pendapatan yang susut 2,33% YoY menjadi Rp5,69 triliun.

Maybank Sekuritas Indonesia dalam laporan bertajuk Volume remains weak: soft 2Q25 earnings expected, menerangkan penjualan semen curah INTP turun hingga 11,0% YoY, sedangkan pemasaran semen kantong naik 0,8% YoY dengan pangsa pasar masing-masing relatif stagnan pada kisaran 29%.

Alhasil, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk INTP meningkat 13,81% YoY dari Rp434,7 miliar pada semester I/2024 menjadi Rp494,75 miliar pada paruh pertama tahun ini. Sejalan dengan itu, laba per saham INTP meningkat dari Rp126,92 menjadi Rp147,69. 

  • Avia Avian (AVIA)

Emiten cat yang terafiliasi dengan konglomerat Hermanto Tanoko, PT Avia Avian Tbk. (AVIA) mencatatkan kinerja bottom line yang susut pada paruh pertama 2025. Namun, AVIA mampu membukukan penjualan yang meningkat pada periode tersebut.

AVIA mampu mencatatkan penjualan sebesar Rp3,88 triliun pada semester I/2025. Torehan itu naik 7,28% year on year (YoY) dari Rp3,62 triliun pada periode yang sama tahun 2024. 

Lebih rinci, peningkatan penjualan AVIA didorong oleh peningkatan kinerja kedua segmen perseroan. Volume penjualan pada segmen solusi arsitektur tumbuh hingga 5,66% YoY menjadi Rp3,05 triliun pada paruh pertama 2025. 

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro