Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah berpeluang menguat di tengah sentimen pelemahan dolar AS seiring dengan rencana tapering Federal Reserve. Bank Sentral AS juga tidak akan buru-buru menaikkan suku bunga.
Mata uang rupiah ditutup stagnan di tengah pelemahan dolar AS jelang pidato Gubernur Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat (27/8/2021).
Rupiah parkir di level Rp14.417,50 pada akhir perdagangan pekan lalu atau cenderung stagnan dibandingkan penutupan sebelumnya. Rupiah gagal menguat saat indeks dolar AS melemah 0,08 persen menjadi ke 92,99.
Sementara itu, mata uang Asia lainnya cenderung meningkat. Yuan China naik 0,04 persen, won Korea Selatan naik 0,09 persen, ringgit Malaysia naik 0,13 persen, dan baht Thailand naik 0,31 persen.
Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan dolar AS turun di siang hari Jumat (27/8/2021), di tengah sikap pelaku pasar yang menantikan pidato Gubernur The Federal Reserve, Jerome Powell, pada simposium Jackson Hole malam hari nanti.
"Pasar menantikan petunjuk terkait kebijakan tapering stimulus moneter The Fed dari pidato Powell tersebut," papar tim analis Monex.
Baca Juga
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada hari Jumat bahwa ekonomi AS terus membuat kemajuan menuju tolak ukur Federal Reserve untuk mengurangi program darurat di era pandemi.
Dia juga mengatakan bahwa inflasi yang tinggi saat ini kemungkinan akan berlalu dan berhenti memberi sinyal waktu untuk setiap perubahan kebijakan.
Mengenai keputusan yang berpotensi diambil oleh The Fed adalah mulai mengurangi pembelian aset bulanan yang sebesar US$120 miliar per bulan, Powell mengatakan bahwa dia setuju dengan mayoritas rekannya bahwa “pemangkasan” pembelian obligasi dapat dilakukan pada tahun ini.
Direktur MNC Asset Manamagent Edwin Sebayang menyampaikan Bursa AS menguat setelah simposium The Fed, yang artinya terjadi peningkatan terhadap aset berisiko.
Alhasil dolar AS sebagai aset aman dijauhi investor, sehingga membuka peluang mata uang lainnya menguat. Hari ini, dia memprediksi rupiah akan bergerak di level Rp14.360-Rp14.500 per dolar AS.
Dalam riset berbeda, Wealth Management Head Bank OCBC NISP Juky Mariska menuturkan rupiah menguat sebanyak 0,26 persen terhadap dolar AS pada bulan Juli.
Dollar Index (DXY) mengalami penurunan dari level 92.43 menjadi 92.17 pada akhir bulan, seiring dengan pernyataan dari Jerome Powell yang belum akan melakukan tapering dalam waktu dekat serta kebijakan moneter yang masih sama membuat hal tersebut memberikan tekanan pada dolar AS.
Namun demikian, rupiah diperkirakan akan berada di kisaran di kisaran Rp14.300–Rp14.500 per dolar AS hingga akhir tahun 2021.
Simak pergerakan rupiah hari ini secara live.
Rupiah ditutup naik 47,5 poin atau 0,33 persen menjadi Rp14.370 per dolar AS.
Indeks dolar AS turun 0,01 poin ke level 92,685.
Pukul 13.30 WIB, rupiah naik 45,5 poin atau 0,32 persen menjadi Rp14.372 per dolar AS.
Indeks dolar AS turun 0,04 persen ke level 92,644.
Pukul 11.26 WIB, rupiah naik 44 poin atau 0,31 persen menjadi Rp14.373,5 per dolar AS.
Rupiah menguat bersama dengan mayoritas mata uang Asia.
Pukul 10.00 WIB, rupiah naik 44 poin atau 0,31 persen menjadi Rp14.373,5 per dolar AS.
Indeks dolar AS koreksi 0,08 persen ke level 92,613.
Pukul 09.07 WIB, rupiah dibuka naik 37,5 poin atau 0,26 persen menjadi Rp14.380 per dolar AS.
Indeks dolar AS koreksi 0,07 persen ke level 92,623.