Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berjangka rebound pada penutupan perdagangan Selasa (20/7/2021) waktu Amerika Serikat (AS) , karena pelaku pasar berlomba memanfaatkan harga yang telah terdiskon ke level terendah dua bulan yang disentuh pada sesi sebelumnya.
Mengutip Antara, Rabu (21/7/2021), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 73 sen atau 1,1 persen, menjadi berakhir di US$69,35 dolar barel, setelah turun 6,8 persen pada Senin (19/7/2021).
Harga acuan minyak global telah jatuh dari puncaknya di atas US$77 yang dicapai pada awal Juli, tertinggi sejak akhir 2018.
Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus bertambah US$1,0 atau 1,5 persen, menjadi menetap di US$67,42 per barel di hari terakhir perdagangannya, setelah mencapai level terendah US$65,21 pada Selasa (20/7/2021). WTI anjlok 7,5 persen pada Senin (19/7/2021).
Aksi jual Senin (19/7/2021), didorong oleh kekhawatiran kehancuran permintaan di tengah meningkatnya kasus Covid-19, mendorong minyak sekitar 7,0 persen lebih rendah dan memukul aset-aset berisiko lainnya.
Pasar minyak juga melemah di tengah berita bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, telah mencapai kesepakatan untuk meningkatkan pasokan dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga
"Ada pemetik terbawah yang mencoba masuk ke penurunan ini," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Berakhirnya kontrak WTI untuk pengiriman Agustus menambah volatilitas ke pasar, kata Yawger. Kontrak berjangka WTI bulan depan berikutnya, September, naik 94 sen atau 1,4 persen, menjadi US$67,29 per barel.
Harga-harga minyak memangkas kenaikan dalam perdagangan reguler setelah angka industri secara tak terduga menunjukkan persediaan minyak mentah dan bensin AS masing-masing naik 806.000 barel dan 3,3 juta barel pada pekan lalu, menurut dua sumber pasar, mengutip American Petroleum Institute.
Jika dikonfirmasi oleh angka pemerintah pada Rabu waktu setempat, penarikan stok minyak mentah akan mengakhiri penurunan persediaan selama delapan minggu.
Pelaku pasar sekarang sedang menunggu data resmi tentang stok minyak mentah AS ketika Badan Informasi Energi AS (EIA) merilis laporan status minyak mingguannya pada Rabu waktu setempat.
Pasar skeptis bahwa kenaikan harga akan berlangsung lama.
"Sulit untuk melihat harga kembali pulih kecuali kegelisahan virus dikendalikan kembali. Pasar jelas gelisah tentang prospek permintaan." kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.
Varian virus corona delta telah menjadi jenis yang dominan di seluruh dunia, kata pejabat AS pada Jumat (16/7/2021).
Varian ini tidak mungkin membahayakan pemulihan pertumbuhan global, meskipun dapat menyebabkan "cegukan regional," kata analis dari Julius Baer, Carsten Menke.
Tak ketinggalan, faktor lain yang membebani pasar adalah kesepakatan pada Minggu (18/7/2021) oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, untuk meningkatkan produksi mulai Agustus, melepaskan lebih banyak pembatasan pasokan yang diberlakukan ketika pandemi melanda tahun lalu.