Bisnis.com, JAKARTA — Kendati saat ini porsinya terus mengecil di bursa saham Indonesia, kalangan analis memperkirakan kepemilikan asing akan naik kembali.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang rilis pertengahan April ini, total aset yang tercatat di sistem C-BEST atau bursa saham Indonesia Rp4.644,56 triliun, naik 5,79 persen dari posisi penutupan 2020 lalu di level Rp4.390,44 triliun.
Adapun, dari jumlah tersebut porsi kepemilikan asing terpantau terus menyusut. Porsi asing di pasar saham Indonesia per akhir Maret 2021 sebesar 41,40 persen. Realisasi tersebut turun dari posisi akhir 2020 yakni 43,15 persen.
Sebaliknya, investor domestik semakin mendominasi pasar saham Indonesia. Tercatat, per akhir Maret 2021 porsi kepemilikan investor domestik sebesar 58,60 persen, naik dari akhir tahun lalu yang sebesar 56,85 persen.
Sementara itu, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia per 20 April 2021, sepanjang tahun berjalan investor asing masih membukukan aksi beli bersih atau net buy senilai Rp9,95 triliun di seluruh pasar.
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengatakan meski meski secara year to date masih mencetak net buy, namun investor asing mulai melakukan aksi jual kembali sejak 2 bulan terakhir.
Baca Juga
Dia juga menyebut aksi net buy asing lebih disumbang oleh beberapa transaksi jumbo di luar pasar regular, seperti transaksi crossing saham PT Industri Jamu dan Farmasi Muncul Tbk. (SIDO) di bulan Februari.
Di sisi lain, dia juga melihat adanya penurunan minat investor lokal yang ditandai dengan turunnya nilai transaksi harian yang cukup signifikan dari puncaknya pada bulan Januari lalu.
“Sehingga, porsi kepemilikan asing berpeluang untuk kembali naik ke depannya, ketika mulai terjadi capital inflow ke bursa saham Indonesia,” kata Anggaraksa.
Dia mengharapkan, keembalinya dana asing yang dikombinasikan dengan basis investor domestik yang kuat, akan membawa pergerakan IHSG ke arah yang lebih tinggi. Apalagi investor asing cenderung fokus terhadap saham blue chip yang notabene memiliki bobot lebih besar terhadap market.
“Kenaikan IHSG umumnya lebih mudah tercapai ketika diiringi oleh aksi net buy asing. Ke depan, kami melihat dengan sudah tingginya valuasi saham di AS dan imbal hasil treasury yang telah stabil, dana asing akan kembali masuk ke emerging market seperti Indonesia,” ujarnya.
Kepala Riset FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo juga mengatakan nantinya investor asing akan kembali ke pasar Indonesia karena di antara pasar negara berkembang lain, bursa saham Indonesia masih cukup diperhitungkan, apalagi sudah masuk dalam kategori investment grade.
Namun, hal tersebut sepertinya belum akan terjai dalam waktu dekat karena saat ini yield US Treasury masih berada di level cukup tinggi meski belakangan mulai bergerak konsolidasi.
Di lain pihak, pemulihan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbilang lambat dibandingkan dengan negara lain, terutama China. Padahal dari sisi penanganan Covid-19 Indonesia tak terlalu buruk.
“Hanya masih dibutuhkan stimulus moneter dan fiskal lagi, agar akselerasi perbaikan ekonomi lebih cepat,” pungkas Wisnu.