Bisnis.com, JAKARTA — Penyusutan porsi kepemilikan asing di pasar saham Indonesia terus berlanjut sepanjang kuartal I/2021. Sebaliknya, kepemilikan investor domestik kian meningkat seiring dengan tren pertumbuhan investor baru yang kuat.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang rilis pertengahan April ini, total aset yang tercatat di sistem C-BEST atau bursa saham Indonesia Rp4.644,56 triliun, naik 5,79 persen dari posisi penutupan 2020 lalu di level Rp4.390,44 triliun.
Adapun, dari jumlah tersebut porsi kepemilikan asing terpantau terus menyusut. Porsi asing di pasar saham Indonesia per akhir Maret 2021 sebesar 41,40 persen. Realisasi tersebut turun dari posisi akhir 2020 yakni 43,15 persen.
Porsi kepemilikan asing terpantau terus turun dari tahun ke tahun. Sebagai gambaran, pada akhir 2019 lalu asing menguasai 44,29 persen dari total aset di pasar saham, sedangkan tahun 2018 sedikit lebih besar yakni 45,18 persen dan tahun 2017 sebesar 45,50 persen.
Sebaliknya, investor domestik semakin mendominasi pasar saham Indonesia. Tercatat, per akhir Maret 2021 porsi kepemilikan investor domestik sebesar 58,60 persen, naik dari akhir tahun lalu yang sebesar 56,85 persen.
Peningkatan porsi kepemilikan domestik di pasar saham juga dibarengi pertumbuhan investor baru yang sangat signifikan beberapa waktu belakangan.
Baca Juga
KSEI mencatat, per akhir Maret 2021, investor C-BEST atau investor saham tercatat sebanyak 2,19 juta investor per akhir kuartal I/2021, tumbuh 29,59 persen dari posisi akhir 2020 lalu yang sebanyak 1,69 juta investor.
Sebelumnya, sepanjang 2020 lalu jumlah investor saham Indonesia juga tumbuh pesat yakni menjadi 1,69 juta investor di akhir tahun 2020, dari posisi 1,10 juta investor di akhir 2019 alias tumbuh 56,21 persen.
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengatakan sejak awal pandemi Covid-19, kepemilikan asing di pasar saham memang terus mengalami tren penurunan. Menurutnya, ada dua faktor utama yang menyebabkan hal tersebut.
Pertama, pertumbuhan investor domestik mengalami kenaikan pesat, yang meningkatkan partisipasi dan kepemilikan saham lokal. Kemudian kedua, kenaikan harga saham yang agresif lebih banyak terjadi pada saham-saham yang dimiliki investor lokal.
“Di sisi lain, investor asing cenderung lebih banyak berfokus pada saham-saham market cap besar atau blue chips yang dari sisi pergerakan harga tidak terlalu agresif,” katanya kepada Bisnis, Selasa (20/4/2021)
Senada, Kepala Riset FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan porsi asing terus tergerus karena investor asing biasanya berasal dari kalangan institusi sedangkan domestik mayoritas berasal dari kalangan ritel.
Di sisi lain, adanya media sosial mendorong literasi mengenai pasar modal menjadi lebih mudah sehingga semakin banyak masyarakat yang tertarik masuk ke pasar saham sehingga porsi domestik semakin besar.
Kemudian, di kuartal pertama tahun ini Wisnu menyebut asing cenderung mengurangi porsi di pasar saham Indonesia seiring yield obligasi AS yang terus naik sehingga pasar saham kian sepi.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya juga mengatakan hal yang turut memperkecil porsi kepemilikan asing adalah terjadinya foreign outflow jelang akhir kuartal I/2021, yang mana asing tengah memburu keuntungan dari tren kenaikan yield US Treasury.
“Ini sejak US Treasury yield naik seiring dengan kenaikan tingkat inflasi Amerika Serikat,” kata Hariyanto.
Lebih lanjut dia menyebut dampak positif dari porsi investor domestik yang terus tumbuh adalah arah pergerakan IHSG akan menjadi relatif tidak terlalu dipengaruhi oleh foreign flow ke saham Indonesia.
“Transaksi investor domestik akan semakin mendominasi ke depannya seiring dengan jumlah investor retail yang terus bertumbuh,” ujar dia.