Bisnis.com, JAKARTA - Emiten peritel PT Matahari Department Store Tbk. membukukan penurunan kinerja hingga berakhir rugi pada 2020. Hal itu disebabkan oleh bisnis utama perseroan terdampak ketidakpastian pandemi Covid-19.
Direktur Keuangan Matahari Niraj Jain mengatakan penjualan dari emiten dengan kode saham LPPF itu sangat tidak mungkin kembali ke level normal tahun ini. Perseroan saat ini disebutnya masih fokus untuk menjaga pelanggan dan karyawan tetap aman sembari bersiap untuk pemulihan.
“Kami meyakini bahwa sangat tidak mungkin penjualan akan akan kembali ke normal sebelum 2022,” tulis Jain dalam keterbukaan informasi, Rabu (17/2/2021).
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020, LPPF membukukan penurunan penjualan kotor sebesar 52,3 persen secara tahunan menjadi Rp8,6 triliun.
Pendapatan bersih perseroan turun 52,91 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp4,83 triliun dari tahun sebelumnya Rp10,27 triliun. Kontraksi yang sama terjadi di penjualan eceran dan konsinyasi bersih yang turun 52,83 persen.
LPPF pun mengalami rugi Rp873,18 miliar di sepanjang 2020, kontras dengan laba Rp1,36 triliun pada 2019.
Baca Juga
Jain menjelaskan bahwa Covid-19 membawa dampak yang tidak diantisipasi oleh seluruh pelaku usaha, termasuk Matahari. Bisnis peritel yang dijalankan LPPF pun terdampak kebijakan Pembatasan Sosial yang dijalankan pemerintah sejak kuartal I/2020.
Perseroan bahkan menutup sementara hampir seluruh gerai sejak Maret 2020 dan baru membuka kembali gerai secara bertahap pada Mei.
Namun, pada pertengahan September 2020 kembali diberlakukan pembatasan sosial yang ketat karena pandemi tak kunjung reda sehingga perseroan harus mengurangi jam operasional gerai.
Untuk menahan tekanan yang lebih dalam, tahun lalu LPPF mengambil inisiatif digital seperti meluncurkan situs jaringan matahari.com berserta aplikasi berbasis Android dan iOS.
Tak hanya itu, perseroan juga memperkenalkan saluran penjualan baru melalui Social Commerce Shop, marketplace, hingga melalui WhatsApp.
Pada saat LPPF membuka 3 gerai dengan format besar baru, perseroan juga menutup 13 gerai format besar yang tidak menguntungkan.
“Matahari mengakhiri bisnis gerai khusus (menutup seluruh 12 gerai khusus) dan mengkonsolidasi bisnis distribusi,” tulis Jain.
Dari internal, perseroan juga mengurangi seluruh beban operasional lewat negosiasi dengan pemilik pusat perbelanjaan untuk pengurangan biaya sewa. Dengan tekanan likuiditas yang berat, LPPF pun mendapatkan tambahan fasilitas perbankan senilai Rp500 miliar atau lebih tinggi dari sebelumnya Rp1,7 triliun pada kuartal II/2020.