Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gudang Garam (GGRM) dan Matahari (LPPF) Keluar dari Indeks High Dividend

BEI mendepak PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF). Di sisi lain, BEI memasukkan saham PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) dan PT Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP).
Jajaran direksi PT. Gudang Garam Tbk. Heru Budiman (kedua kanan), bersama Slamet Budiono (kanan), Herry Susianto (kiri), dan Istata Taswin Siddharta (kedua kiri) menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers RUPS, di Kediri, Jawa Timur, Rabu (26/6/2019)./ANTARA-Prasetia Fauzani
Jajaran direksi PT. Gudang Garam Tbk. Heru Budiman (kedua kanan), bersama Slamet Budiono (kanan), Herry Susianto (kiri), dan Istata Taswin Siddharta (kedua kiri) menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers RUPS, di Kediri, Jawa Timur, Rabu (26/6/2019)./ANTARA-Prasetia Fauzani

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan perubahan anggota Indeks IDX High Dividend 20 untuk periode perdagangan Februari 2021 hingga Januari 2022.

BEI mendepak PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) dari indeks emiten paling royal dividen tersebut. Di sisi lain, BEI memasukkan saham PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) dan PT Waskita Beton Precast Tbk. (WSBP).

Menunjuk Pengumuman PT Bursa Efek Indonesia No. Peng-00288/BEI.OPP/05-2018 tanggal 15 Mei 2018 perihal Peluncuran Indeks IDX High Dividend 20, PT Bursa Efek Indonesia telah melakukan evaluasi atas Indeks IDX High Dividend 20.

"Pada bulan Januari 2021 ini juga telah dilakukan Evaluasi Mayor guna menetapkan daftar saham dan menyesuaikan bobot atas saham-saham yang digunakan dalam penghitungan Indeks IDX High Dividend 20," papar BEI, dikutip Rabu (27/1/2021).

Indeks IDX High Dividend 20 untuk periode perdagangan Februari 2021 s.d. Januari 2022 dan jumlah saham yang digunakan dalam penghitungan Indeks IDX High Dividend 20 untuk periode perdagangan Februari 2021 s.d. Juli 2021.

Gudang Garam (GGRM) dan Matahari (LPPF) Keluar dari Indeks High Dividend

Sebagai informasi, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) memutuskan untuk tak membagikan dividen dari keuantungan tahun buku 2019.

Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), para pemegang saham menyetujui penetapan penggunaan laba perseroan untuk tahun buku 2019 seluruhnya dimasukkan dalam akun saldo laba.

“[Saldo laba] akan digunakan untuk menambah modal kerja sehingga perseroan tidak membagikan dividen kepada pemegang saham perseroan untuk tahun buku 2019,” demikian tertulis dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Jumat (28/8/2020)

Ini merupakan pertama kalinya dalam beberapa tahun belakangan perseroan tidak membagikan dividen.

Padahal, Gudang Garam masuk ke dalam jajaran emiten yang royal membagikan dividen, yakni IDX High Dividend 20. Indeks tersebut yang beranggotakan 20 saham yang membagikan dividen tunai selama 3 tahun terakhir dan memiliki dividend yield yang tinggi.

Pada 2019 lalu, Gudang Garam membagikan dividen tunai kepada pemegang saham sebesar Rp5 triliun atau setara dengan 2.600 per saham untuk tahun buku 2018.

Adapun, mengutip riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, secara berturut-turut dividend payout ratio (DPR) Gudang Garam pada 2015-2017 adalah 78 persen, 75 persen, dan 65 persen. Saat itu, laba bersih perseroan mencapai Rp6,44 triliun, Rp6,67 triliun, dan Rp7,75 triliun.

Pada 2019, GGRM berhasil mencetak pertumbuhan laba 39,64 persen menjadi Rp10,88 triliun dari Rp7,79 triliun. Pertumbuhan laba ini disumbang oleh kenaikan pendapatan pada tahun 2019 menjadi Rp110,52 triliun, naik 15,48 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp95,71 triliun.

Sementara itu, emiten ritel PT Matahari Department Store Tbk. (LPPF) mengumumkan persetujuan atas laporan direksi atas jalannya usaha dan laporan keuangan untuk tahun buku 2019 dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang berlangsung Kamis (4/6/2020).

Berdasarkan rilis yang disampaikan perseroan di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), direksi melaporkan bahwa perseroan mencatat penjualan kotor sepanjang  2019 sebesar Rp 18,0 triliun, tumbuh 0,9 persen dari capaian tahun 2018.

“Pendapatan bersih konstan di Rp10,3 triliun, begitu juga SSSG (same-sales store growth). Laba bersih sebesar Rp 1,4 triliun, meningkat 25 persen dari laba bersih setelah penurunan nilai investasi di tahun 2018 (menurun 27 persen dari laba bersih sebelum penurunan nilai investasi di tahun 2018),” tulis manajemen dalam keterangannya.

Emiten yang tergabung dalam Grup Lippo tersebut memang sudah mengusulkan penangguhan semua pembayaran dividen pada rilis pers menaggapi dampak Covid-19 pada akhir Maret 2020.

Hal ini sehubungan dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 sehingga Direksi, Dewan Komisaris dan manajemen Matahari percaya penggunaan sumber dana dapat dialokasikan sebagai bentuk antisipasi terhadap tekanan atas traffic dan permintaan konsumen yang mungkin akan berkepanjangan.

Untuk diketahui, laba bersih Matahari Department Store melonjak 24,56 persen menjadi Rp1,37 triliun pada 2019 dibanding periode tahun sebelumnya. Pendapatan bersih perseroan juga tumbuh tipis 0,3 persen menjadi Rp10,28 triliun pada 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper