Bisnis.com, JAKARTA – Industri peritel yang masih terpuruk akibat dampak pandemi Covid-19 mendorong Mirae Asset Sekuritas menurunkan rekomendasi saham emiten pusat perbelanjaan PT Matahari Department Stores Tbk. (LPPF) menjadi jual.
Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menjelaskan dampak pandemi dan kompetisi ketat di industri peritel menjadi penyebab utama penurunan kinerja Matahari Department Stores pada 2020.
“Prospek ke depan masih belum pasti. LPPF percaya pemulihan bisnisnya bergantung dengan kesuksesan vaksin,” tulis Christine dalam riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg, Kamis (4/2/2021).
Pada Januari 2021, LPPF menyebutkan kendala tambahan datang dari pengetatan pembatasan sosial di Jawa—Bali. Performa perseroan pun turun lebih dalam walau kenaikan harga minyak kelapa sawit (CPO) kala itu dinilai tidak akan terlalu berdampak terhadap pendapatan.
Sebelumnya, LPPF mencatatkan penurunan rata-rata penjualan tiap toko (same store sales growth/SSSG) sebesar 34,6 persen secara tahunan pada periode kuartal IV/2020.
Tingkat SSSG di DKI Jakarta turun paling dalam sebesar 45,2 persen sedangkan di wilayah Pulau Jawa lainnya turun 34,1 peresn.
Christine menunjukkan bahwa SSSG pada Oktober dan November sebenarnya sudah membaik tetapi terpukul lagi pada Desember ketika pemerintah mempersingkat jam operasional pusat perbelanjaan di Jakarta.
“Menurut kami, tanpa pengetatan pembatasan sosial di Jabodetabek selama Desember, pemulihannya tetap moderat,” tulis Christine.
Dalam bahan presentasi perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen LPPF menjelaskan penjualan kotor pada 2020 mencapai Rp8,6 triliun. Nilai itu menurun 52,3 persen year on year (yoy) dari Rp18,03 triliun pada 2019.
Laba kotor juga turun 54 persen yoy menuju Rp2,82 triliun dari sebelumnya Rp6,12 triliun. EBITDA pengelola gerai Matahari ini pun minus Rp22 miliar dibandingkan Rp2,21 triliun pada 2019.
Matahari mencatatkan rugi bersih Rp823 miliar pada 2020. Nilai itu berbalik dari laba senilai Rp1,37 triliun pada 2019.
Sementara itu, 23 toko dari 147 toko berada dalam daftar pantauan. Setidaknya, manajemen akan menutup 6 gerai dari 23 toko dalam daftar pantauan tersebut pada 2021.Pemulihan lalu lintas terganggu lagi oleh pembatasan aktivitas liburan pada 20 Desember 2020, diikuti oleh PPKM pada 21 Januari 2021.
"Bulan Januari dan Februari tetap menantang karena perpanjangan PPKM," tulis manajemen LPPF.
Dengan pertimbangan industri peritel belum pulih, Mirae Asset Sekuritas menurunkan rekomendasi saham LPPF menjadi jual dari sebelumnya tahan dengan target harga Rp830 per saham.
Saham LPPF terpantau melemah 0,43 persen ke level Rp1.143 per saham menjelang penutupan perdagangan Kamis (4/2/2021). Kapitalisasi pasar tercatat Rp3,01 triliun.