Bisnis.com, JAKARTA - Kurs rupiah menguat pada perdagangan Jumat (29/1/2021) berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.084 per dolar AS, menguat 35 poin dari posisi Rp14.119 pada Kamis (28/1/2021).
Pada pukul 10.06 WIB, rupiah naik 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp14.057,5 per dolar AS. Sementara, indeks dolar AS naik 0,25 persen ke level 90,684.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan sejumlah faktor internal dan eksternal masih akan membuat rupiah berfluktuasi pada perdagangan Jumat.
"Mata uang rupiah pagi ini kemungkinan masih akan fluktuatif di rentang Rp14.050-Rp14.110 per dolar AS," paparnya dalam publikasi riset.
Pada Kamis (28/1/2021), rupiah parkir di zona merah setelah melemah 28 poin atau 0,19 persen ke level Rp14.078. Adapun indeks dolar terpantau menguat 0,13 persen ke level 90,765.
Baca Juga
Pelemahan rupiah bersamaan dengan tren serupa di kawasan Asia. Mata uang won Korea menjadi pemimpin pelemahan setelah ditutup melemah 1,36 persen. Hanya ringgit Malaysia dan yuan China yang menguat terhadap dolar hari ini.
Ibrahim mengatakan indeks dolar kembali menguat setelah The Federal Reserve AS menyatakan kekhawatiran tentang kecepatan pemulihan ekonomi di AS. Bank sentral Negeri Paman Sam itu pun mengumumkan hasil rapat bulanan edisi Januari 2021. Hasilnya sesuai dengan ekspektasi pasar.
The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0 persen-0,25 persen. The Fed juga berkomitmen tetap menjalankan program pembelian obligasi (quantitative easing) sampai ekonomi dan pasar tenaga kerja betul-betul pulih dari dampak pandemi virus corona.
Saat ini, The Fed memborong obligasi pemerintah AS setidaknya US$ 80 miliar per bulan plus aset beragun kredit properti (mortgage-backed securities) US$ 40 miliar.
"Informasi yang negatif dari data eksternal dan internal membuat arus modal asing kembali keluar pasar finansial dalam negeri sehingga berdampak terhadap pelemahan mata uang garuda," jelas Ibrahim.
Dari dalam negeri, Ibrahim mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 diperkirakan terkontraksi 2 persen. Hal itu dipicu penerapan pembatasan sosial berskala besar yang menekan tingkat konsumsi masyarakat.
Bank Dunia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa tumbuh 4,4 persen, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia diturunkan oleh International Monetary Fund (IMF).
Ke depan, pemerintah juga masih menerapkan pembatasan sosial bertajuk penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Hal itu dilakukan karena angka infeksi Covid-19 masih tinggi dan menembus 1 juta.