Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS melemah pada akhir perdagangan Kamis (29/1/2021) atau Jumat pagi WIB, saat investor beralih ke mata uang berisiko.
Mengutip Antara, investor berani beralih ke aset berisiko setelah data menunjukkan bahwa klaim pengangguran Amerika Serikat turun di minggu terakhir, sementara angka produk domestik bruto akan sesuai ekspektasi.
Perekonomian AS mengalami kontraksi pada laju tertajam sejak Perang Dunia Kedua pada tahun lalu ketika COVID-19 menghancurkan bisnis-bisnis jasa seperti restoran dan maskapai penerbangan, membuat jutaan warga Amerika kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin.
Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan secara terpisah bahwa klaim awal untuk tunjangan pengangguran berjumlah 847.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 23 Januari. Angka itu turun 67.000 dari minggu sebelumnya, tetapi klaim tetap jauh di atas puncak 665.000 mereka selama Resesi Hebat 2007-09.
"Data AS yang masuk mendukung tingkat pengambilan risiko, dengan PDB kuartal keempat naik mendekati ekspektasi, dan klaim pengangguran turun lebih besar dari yang diperkirakan," kata Ronald Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global di Action Economics.
Saham-saham AS juga rebound pada Kamis (28/1) dari penurunan tajam di hari sebelumnya ketika musim laporan keuangan dimulai dengan awal yang kuat dan kekhawatiran mereda di sekitar hedge fund yang menjual posisi jangka panjang untuk menutupi posisi jangka pendek.
Baca Juga
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,26 persen pada Kamis (28/1) menjadi 90,429. Indeks semula naik menjadi 90,859, sementara mata uang berisiko termasuk dolar Australia turun ke posisi terendah satu bulan.
Greenback didorong oleh pembelian aman awal pekan ini di tengah kekhawatiran bahwa stimulus fiskal AS tidak akan sebesar yang diharapkan semula, dan karena penyebaran COVID-19 yang terus berlanjut ketika negara-negara berjuang untuk meluncurkan vaksin.
Mata uang AS juga telah pulih dari posisi terendah tiga tahun yang dicapai awal bulan ini karena penurunan tahun lalu berjalan terlalu cepat.
“Ada tarik-menarik saat ini antara momentum jangka panjang… dan fenomena jangka pendek mungkin tekanan jangka pendek dolar,” kata Erik Nelson, ahli strategi makro di Wells Fargo di New York.
Indeks dolar telah naik 0,50 persen bulan ini setelah jatuh 6,75 persen tahun lalu.
Dolar Australia naik 0,42 persen menjadi 0,7695 dolar AS, setelah sebelumnya jatuh ke 0,7590 dolar AS, terendah sejak 29 Desember.
Greenback melemah 0,97 persen terhadap krona Norwegia menjadi 8,578, setelah sebelumnya naik ke tertinggi satu bulan di 8,7286
Investor minggu ini juga telah menyeimbangkan kembali portofolio mereka untuk akhir bulan, yang telah meningkatkan permintaan untuk mata uang AS.
"Akhir-akhir ini benar-benar menjadi kisah penyeimbangan kembali posisi," kata Bipan Rai, kepala strategi valas Amerika Utara di CIBC Capital di Toronto. "Pasar dolar masih molek untuk jangka pendek."
Euro juga tertekan karena pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) meningkatkan penyebutan euro, dengan komentar terbaru menunjukkan bahwa ECB dapat memangkas suku bunga simpanannya untuk mengendalikan kekuatan mata uang bersama benua itu.
“Kami mulai mendengar lebih banyak retorika dari ECB yang membuat saya percaya bahwa mereka akan sedikit lebih aktif sehubungan dengan penguatan euro,” kata Rai.
Euro naik 0,19 persen menjadi 1,2136 dolar AS, setelah di awal sesi jatuh ke 1,2079 dolar. Bitcoin menguat 8,21 persen menjadi 32.915 dolar AS, setelah sempat turun sebentar di bawah 30.000 dolar AS pada Rabu (27/1).