Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah dunia berhasil membukukan kinerja penguatan selama 4 pekan berturut-turut didukung oleh optimisme pasar terhadap kemajuan vaksin Covid-19 menjelang pertemuan OPEC+ pada pekan pertama Desember 2020.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah jenis WTI untuk kontrak Januari 2021 di bursa Nymex menguat 8 persen pada pekan ini, kendati pada penutupan perdagangan Jumat (27/11/2020) ditutup di zona merah, turun 0,39 persen ke level US$45,53 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent di bursa ICE untuk kontrak Januari 2021 telah naik 9 persen sepanjang pekan ini dan parkir di level US$48,18 per barel pada penutupan perdagangan Jumat (27/11/2020), naik 0,8 persen.
Kepala Trading Minyak Eagle Commodities di London Erduan Reid mengatakan bahwa optimisme investor terhadap pasar minyak berhasil tersulut oleh perkembangan vaksin Covid-19 yang menjadi angin segar bagi prospek permintaan minyak.
Dia menjelaskan bahwa dengan adanya tiga kandidat vaksin Covid-19 yang setidaknya mendekati keberhasilan menjadi sinyal pemulihan ekonomi dan konsumsi minyak dalam enam bulan ke depan semakin di depan mata.
“Lalu, jika OPEC+ memperpanjang pemangkasan produksi saat ini, maka sebagian besar keseimbangan pasar minyak kemungkinan tercapai pada kuartal I/2021 dan berasal dari pasar Asia, meskipun Eropa dan AS menerapkan pembatasan mobilitas akibat penyebaran Covid-19,” ujar Reid seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (29/11/2020).
Baca Juga
Adapun, pada pekan depan, Senin dan Selasa (1-2 Desember 2020), para menteri energi setiap negara yang tergabung dalam OPEC+ akan bertemu untuk memutuskan kebijakan terkait kapasitas produksi, yaitu antara melanjutkan peningkatan kapasitas atau melakukan pemangkasan lebih dalam.
Di sisi lain, berdasarkan konsensus Bloomberg, mayoritas analis memperkirakan OPEC+ menunda rencana kenaikan produksinya selama tiga bulan hingga Maret.
Kepala Strategi Pasar Komoditas BNP Paribas SA Harry Tchilinguirian mengatakan bahwa beberapa anggota OPEC seperti Uni Emirat Arab dan Irak telah menyatakan kekhawatirannya seputar kebijakan pasokan, yang dapat terus menekan harga minyak.
“Jika berita yang tersaring selama akhir pekan condong ke arah OPEC + mempertimbangkan penundaan pengurangan pemotongannya, maka kami cenderung melihat pasar minyak melanjutkan kenaikannya,” ujar Tchilinguirian.
Sementara itu, analis JPMorgan Chase & Co, termasuk Natasha Kaneva, dalam publikasi risetnya memperkirakan para produsen minyak menunda pemangkasan produksi selama tiga bulan ke depan.
Bank itu menjelaskan bahwa persediaan akan turun rata-rata 1,2 juta barel per hari tahun depan, meskipun permintaan masih belum mencapai tingkat normal hingga 2022.
Adapun, JPMorgan juga mengharapkan perjanjian aliansi OPEC + berlaku sepanjang 2021.