Bisnis.com, JAKARTA – Pasar minyak tengah harap-harap cemas menanti pertemuan anggota OPEC dan sekutunya pada pekan depan untuk menentukan kepastian peningkatan produksi di tengah pandemi Covid-19 yang belum mereda.
Untuk diketahui, aliansi produsen minyak yang tergabung dalam OPEC+, akan menggelar pertemuan sementara untuk meninjau pasar minyak pada Selasa, 17 November 2020, sebelum akhirnya membuat keputusan terkait keberlanjutan kebijakan peningkatan produksi dalam dua pekan ke depan.
Namun, sumber Bloomberg yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan bahwa OPEC+ tengah mendiskusikan penundaan peningkatan pasokan yang sebelumnya ditargetkan berlaku pada bulan Januari, menyusul pemangkasan produksi hingga 9,7 juta barel per hari sejak Mei 2020.
Para Menteri dikabarkan akan menunda peningkatan produksi dalam 3 hingga 6 bulan ke depan seiring dengan permintaan minyak yang saat ini mengalami pukulan baru dari meningkatnya kembali kasus penyebaran Covid-19.
Presiden Konsultan Rapidan Energy Group Bob McNally menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tidak tepat untuk meningkatkan pasokan minyak mentah.
“OPEC tampaknya benar-benar hampir tidak punya pilihan sekarang selain menunda peningkatan produksi. Pelemahan permintaan di Eropa terlihat sangat menakutkan,” ujar McNally seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (15/11/2020)
Baca Juga
Adapun, kendati harga minyak berhasil tersulut optimisme pasar terhadap perkembangan vaksin pada pekan lalu hal itu tidak serta merta mendorong secara nyata permintaan di pasar.
Bahkan, Energy International Agency mengungkapkan walaupun kemajuan vaksin akan mengurangi beberapa tekanan OPEC untuk menyeimbangkan pasar, hal itu tidak akan memberikan dorongan signifikan untuk permintaan minyak hingga paruh kedua 2021.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (13/11/2020) harga minyak jenis WTI untuk kontrak Desember 2020 di bursa Nymex parkir di level US$40,13 per barel, terkoreksi 2,41 persen.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontak Januari 2021 di bursa ICE parkir di level US$42,78 per barel, turun 1,72 persen.
Kendati demikian, kinerja harga minyak membukukan kenaikan mingguan terbesar dalam satu bulan perdagangan terakhir karena optimisme pasar dari berita potensi terobosan vaksin Covid-19 yang mengguncang pasar di awal pekan.
Sepekan lalu, harga minyak berhasil menguat hingga 8,75 persen dan sempat menyentuh level US$45 per barel.
Di sisi lain, pasokan minyak mentah dari Libya terus membanjiri pasar. National Oil Corp, BUMN minyak asal Libya, mengungkapkan kapasitas produksi negara itu telah naik menjadi 1,14 juta barel per hari pada Jumat (13/11/2020).