Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia berpeluang mencatatkan kenaikan mingguan tertinggi seiring dengan terhentinya produksi minyak di Teluk Meksiko akibat Badai Delta
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (9/10/2020), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan November 2020 terpantau di level US$41,18 pada New York Mercantile Exchange hingga pukul 08.52 waktu Singapura.
Selain itu, harga minyak Brent untuk kontrak bulan Desember 2020 berada di kisaran US$43,32 per barel atau turun tipis 3 sen 1,8 pada bursa berjangka Eropa ICE. Harga minyak Brent melesat 3,2 persen pada penutupan kemarin.
Harga minyak berjangka di New York kembali ke level US$41 per barel pada pekan ini yang ditopang oleh kesembuhan Presiden AS Donald Trump dan pembicaraan terkait paket stimulus yang terus berlanjut.
Kenaikan yang lebih tinggi kemungkinan akan terbatas seiring dengan lonjakan kasus infeksi virus corona . Selain itu, lonjakan produksi minyak dari OPEC+ dan Libya akan semakin menghambat permintaan
Harga minyak berjangka telah melesat di atas 11 persen pada pekan ini. Badai Delta yang menghantam AS mengakibatkan 92 persen produksi minyak dari wilayah Teluk Meksiko terhenti akibat penutupan kilang. Aksi mogok kerja di Norwegia juga turut membantu kenaikan harga minyak.
Baca Juga
"Penutupan kilang minyak di Teluk Meksiko menjadi salah satu faktor terjadinya reli harga minyak. Ketidakdisiplinan OPEC+ dalam mengerem produksi harian terserap oleh terhambatnya pasokan akibat Badai Delta," jelas .Michael McCarthy, chief market strategist CMC Markets.
Adapun Badai Delta saat ini telah mencapai kategori 3 dan akan memasuki wilayah AS dengan kecepatan angin 193 kilometer per jam. Hal ini mengakibatkan perusahaan energi mengevakuasi para pekerja di wilayah pantai dan lepas pantai Teluk Meksiko yang memangkas produksi sebesar 1,7 juta barel per hari.
Sementara itu, OPEC optimistis akan memegang pangsa pasar yang lebih luas dalam penjualan minyak seiring dengan penurunan harga yang berdampak negatif pada negara produsen minyak lain seperti AS. OPEC+ meningkatkan prediksi output minyak mentah mereka dalam empat tahun mendatang, mengubah outlook sebelumnya yang mengatakan OPEC akan kehilangan pangsa pasar pada pertengahan dekade 2020-an.