Bisnis.com, JAKARTA - PT Indika Energy Tbk. (INDY) berencana menerbitkan obligasi global senilai sebanyak-banyaknya US$650 juta di Bursa Efek Singapura (SGX-ST). Artinya, ini akan menjadi global bond keempat yang diterbitkan perseroan di tengah masih berjalannya periode surat utang sebelumnya.
Berdasarkan catatan Moody’s Investors Service, Indika Energy memiliki tiga obligasi yang sedang berjalan. Surat utang itu adalah obligasi Energy Finance II yang jatuh tempo 2023 dengan nilai US$285 juta, Obligasi yang diterbitkan Indika Energy Capital II Pte Ltd senilai US$265 juta yang jatuh tempo 2022.
Selanjutnya, obligasi yang diterbitkan Indika Energy Capital III Pte Ltd. dengan nilai US$575 juta yang jatuh tempo pada 2024.
Dalam keterbukaan informasi pada Jumat (18/9/2020), manajemen Indika Enegy menyebutkan pihaknya akan menebitkan surat utang senior kembali sebanyak-banyaknya US$650 juta.
Oleh karena itu, perseroan akan meminta persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 26 Oktober 2020.
Rencana Transaksi yang akan dilakukan oleh Indika Energy merupakan Transaksi Material sebagaimana dimaksud dalam POJK 17/2020 dimana Surat Utang akan diterbitkan dengan merujuk pada ketentuan Rule 144A dan Regulation S dari Securities Act dan dicatatkan di SGX-ST.
Baca Juga
Jumlah pokok sebanyak-banyaknya US$650 juta, merupakan lebih dari 50 persen dari nilai ekuitas Indika Energy berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian. Dalam aksi korporasinya, INDY akan menggunakan laporan keuangan per Juni 2020.
Kendati demikian, perseroan belum menerbitkan laporan kinerja pada semester I/2020 seiring dengan laporan tersebut akan ditelaah terbatas dengan auditor.
Pada kuartal I/2020, INDY membukukan pendapatan kuartal I/2020 US$641,5 juta menurun 8,5 persen dari US$700,7 juta pada periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan penurunan itu, INDY membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$21,0 juta.
Hal itu kontras dengan kinerja kuartal I/2019. Kala itu, perseroan membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$11,7 juta.
Adapun, ekuitas INDY per Maret 2020 mencapai US$999,86 juta, turun dari akhir 2019 sebesar US$1,04 miliar.
Sebelumnya, Lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investors Service, merevisi outlook atau prospek PT Indika Energy Tbk. akibat tren pelemahan harga batu bara termal yang tidak luput dari imbas penyebaran Covid-19.
Dalam siaran persnya Rabu (20/5/2020), Moody’s mengumumkan merevisi outlook Indika Energy dari stabil menjadi negatif. Kendati demikian, corporate family rating (CFR) dipertahankan di level Ba3.
Maisam Hasnain, Assistant Vice President and Analyst Moody’s menjelaskan bahwa perubahan outlook emiten berkode saham INDY itu menjadi negatif merefleksikan ekspektasi bahwa metrik kredit perseroan akan memburuk dalam 12 bulan ke depan.
“Di tengah lingkungan operasi yang menantang termasuk harga batu bara termal yang melemah,” ujarnya.
Sementara itu, Maisam mengatakan afirmasi peringkat Ba3 untuk INDY mencerminkan bisnis yang terdiversifikasi. Moody’s menilai emiten energi itu memiliki saldo kas yang besar, utang jangka pendek terkelola, serta kebijakan keuangan yang prudent.