Bisnis.com, JAKARTA - PT Indika Energy Tbk. melakukan sejumlah jurus untuk menjaga kinerja di tengah fluktuasi harga batu bara dan bayang-bayang penurunan peringkat kredit.
Head of Corporate Communications Indika Energy Ricky Fernando mengatakan bahwa fluktuasi harga batu bara menjadi elemen yang tidak dapat dikontrol oleh perseroan.
Emiten berkode saham INDY itu akan terus melakukan peningkatan produktivitas dan efisiensi biaya dengan harapan dapat berdampak positif terhadap laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).
“Selain menjaga tingkat produksi agar sesuai target, kami juga memastikan efisiensi biaya, optimalisasi belanja modal, dan menjaga kas perusahaan,” ujar Ricky kepada Bisnis, Minggu (21/6/2020).
Dalam catatan Bisnis, dalam empat bulan pertama INDY mampu mencetak pertumbuhan volume produksi sebesar 10 persen secara tahunan. Sepanjang Januari-April, perseroan melalui anak usaha Kideco mencatat produksi sekitar 11,5 juta ton bara dan anak usaha lainnya PT MUTU sebesar 600.000 ton batu bara.
Di samping itu, efisiensi sudah terlihat hingga periode tiga bulan pertama 2020. Laporan keuangan INDY menunjukkan, beban pokok kontrak dan penjualan turun 8 persen menjadi US$536,59 juta. Penurunan antara lain didorong oleh beban bahan baku dan bahan bakar yang masing-masing turun 22 persen dan 16 persen secara tahunan.
Adapun pendapatan perseroan juga turun 8,5 persen ke posisi US$641,5 juta. Penurunan pendapatan tak lepas dari harga jual batu bara yang juga lungsur. Harga jual pada periode tiga bulan 2020 mencapai US$43 per ton, lebih rendah dari periode tiga bulan pertama di 2019.
Di sisi lain, INDY berpeluang mengalami penurunan peringkat kredit karena prospek sudah direvisi menjadi negatif oleh lembaga pemeringkat. Misal, Moody’s merevisi outlook Indika Energy dari stabil menjadi negatif. Kendati demikian, corporate family rating (CFR) dipertahankan di level Ba3.